Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/84

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

ngansebulan kebudajaan nasional. Ternjata bahwa kebudajaan nasional kita itu memiliki nilai² jang positip sehingga dapat bertahan meliwati berbagai-bagai zaman. Selandjutnja kita harus perhatikan bahwa nilai² barat tidak sedikit memperkokoh moral kita sesudah nilai² itu kita udji dan pilih berdasar penilaian pendidikan nasional kita. Nilai² sematjam itu, sekalipun berasal dari barat, tak lain melainkan memperkuat dan memperkaja kebudajaan kita jang asli nasional.

Pantja Sila jang ditjiptakan oleh Bung Karno pada tg. 1 Djuni, 1945, dan jang dengan lima tiangnja didasarkan atas dasar jang kuat berakar dalam masjarakat Indonesia sendiri, akan merupakan sustu penuntun jang positip bagi kita bagaimana tjaranja harus kita hidup menudju masjarakat jang makmur dan adil. Pantja Sila jang kuat dan terudji sematjam itu tak mudah digulingkan demikian sadja oleh rock-and-roll, tjatjatja ataupun oleh bahaja² jang mungkin didatangkan dari sifat² kapitalis, komunis, imperialis atau apapun. Sebaliknja karena Pantja Sila itu dilahirkan dari kekuatan nilai jang ada dalam masjarakat kita, dan kita memegang teguh kepada udjud² nilai² itu jang berupa Pantja Sila, maka tenaga² asing itu semuanja akan dapat dipergunakan untuk memperkokoh nilai² asli jang kita pudjikan tadi.

Djakarta, 26 Nopember 1959.


(Dari Mimbar Indonesia).




(Landjutan dari halaman 62)

sosial-kulturil ilmu pengetahuan dan seni, tertudju kepada pelaksanaan tudjuan² revolusioner kita. Perlu politik kebudajaan itu didjadikan bagian dalam planning untuk pembangunan ekonomi.

Dilapangan sosial kulturil, ia mengerahkan dan menjusun segala faktor kebudajaan untuk tudjuan itu, sambil mengatasi rintangan² jang bersifat kebudajaan pula.

Dibidang Ilmu pengetahuan dan seni, ia memungkinkan dan merangsang, baik setjara materieel maupun setjara spirituil, kreativitet jang sabesar-besarnja dengan menggunakan bahan² kebudajaan sendiri, maupun asing, menurut keperluan kita sendiri.

Polilik kebudajaan sematjam ini bukan suatu politik bagi kaum penakut atau kaum jang dihinggapi kompleks Inferioritet terhadap bangsa dan kebudajaan lain.

Kepribadian suatu bangsa hanja berkembang djikalau bangsa itu berani dan sanggup mempertaruhkan kepribadiannja itu dalam mengedjar hari depannja. Demikian djuga halnja dengan kebudajaan nasionalnja.

Sebab memang hari depan itu ialah bagaikan buah sedap jang hanja dapat dipetik oleh jang berani.

(Dari I.P.S.)