Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/76

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

hukum, dan sematjamnja jang dianggap penting untuk dapat mengikuti tjara hidup jang didjalankan oleh bangsa² jang telah madju dalam tehnik dan pandangan² hidupnja. Semestinja pendidikan sematjam ini diberikan setjara luas kepada rakjat, sehingga masjarakat dapat pula menikmati zaman kemadjuan. Malanglah bahwa zaman pendjadjahan tak memungkinkan perluasan kesempatan itu. Indonesia jang didjadjah selalu dibodohkan dan djumlah mereka jang bersekolah sangat terbatas, Dua djuta anak² jang bersekolah pada tahun 1940 dari antara penduduk jang 80 djuta itu, dan hanja 3.000 pada suatu th. bersekolah tinggi jang hanja puluhan sadja lulus tiap tahun. Pendidikan barat ini sengadja dibatasi karena ia mendjadi unsur jang kuat untuk meninggikan deradjat bangsa dan menjadarkan orang kepada kemerdekaan. Kalau orang Indonesia disekolahkan sedjak dahulu kala dalam djumlah jang lebih luas Belanda tak akan lebih lama berada di Indonesia. Pemimpin² kita seperti Bung Kamo, Hatta, Dewantoro, Sartono, Prijono dan sebagainja sadar akan kemerdekaan Indonesia karena pendidikan dan pengertian barat ini. Kesadaran itu dapat diperkembangkan dan mendapat kekuatan untuk mengalahkan imperialisme asing terhadap kemerdekaan Indonesia. Tanpa pendidikan barat kekuatan Indonesia akan pajah membandingi kekuatan barat dan perdjuangan kemerdekaan akan dibasmi demikian sadja. Belanda akan lebih mudah menempatkan diri sebagai penjelamat bangsa jang terbelakang untuk mendjalankan tugas „White men's burden” jaitu mendatangkan kemadjuan kepada bangsa² jang terbelakang ini. Dengan kedok bersifat belaskasihan ini bangsa Belanda tidak usah menjebut dirinja pendjadjah karena ia merasa mendjadi penjelamat bangsa Indonesia.

Pendidikan barat ini mendjadi unsur jang kuat dalam proses social change jang kita alami di Indonesia. Sebagai di Tiongkok zaman dulu pendidikan mendjadi dasar jang kuat bagi kelas masjarakat jang kita katakan kelas terpeladjar, kelas menengah dan sebagainja. Karena pendidikan ini lambat laun golongan terpeladjar dapat mendjalankan tugas² jang dahulu hanja disediakan untuk bangsa Belanda, artinja untuk mereka jang kerdjasama dengan Belanda dalam pemerintahan. Dalam kalangan pergerakan nasional menentang pendjadjahan. kaum terpeladjar kita menakutkan bangsa pendjadjah, oleh karena itu mereka dituntut, ditawan atau dihukum, atau diusir keluar Indonesia agar supaja tak dapat mempengaruhi rakjat banjak dengan tjita-tjita patriotnja,

Turunan radja² bangsa kita dahulu, sesudah lambat laun kehilangan hak-haknja atas tanah, mulai diganti oleh golongan jang berpendidikan barat ini. Bangsawan jang dahulu mempergantungkan kedudukan dan penghasilannja kepada djasa² terhadap pemerintah kolonial masih dapat menjelamatkan diri bilamana sempat menjekolahkan anaknja. Mereka jang tak dapat mengikuti sekolahan barat ini terpaksa melihat timbulnja kaum prijaji diantara mereka jang berpendidikan sadja. Belanda sedapat mungkin mengutamakan turunan bangsawan diantara mereka jang berpendidikan bupati tetapi kalau tidak ada bupati dipilih dari anak orang kebanjakan jang berpendidikan barat. Sjarat berpendidikan ini perlu dalam pemerintahan, karena adanja spesialisasi jang luas dalam lapangan administrasi. Dengan sendirinja kaum bangsawan jang tidak berpendidikan itu mulai hilang kekuasaannja dan kedudukan mereka tampak menurun. Golongan terpeladjar kini menaik dan menduduki tempat jang berkuasa dalam masjarakat.

Karena pendidikan barat mendjadi dasar utama bagi kelas prijaji, dan pendidikan barat ini diterima oleh mereka melalui bahasa barat, maka selama zaman pendjadjahan Babak terachir dan hingga sekarang ini kefasihan berbahasa Belanda mendjadi ukuran uatuk mengetahui tingkat pendidikan barat jang ditempuh oleh seseorang