Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/77

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Dalam zaman kemerdekaanpun ukuran itu tetap berlaku, sekalipun tentu sadja telah mulai diganti dengan bahasa kita. sendiri, jaitu Bahasa Indonesia, karena pendidikan barat telah diberikan melalui bahasa kita, ditambah dengan pemakaian bahasa asing. terutama bahasa Inggris jang dipakai disamping bahasa kita disekolah-sekolah tinggi

Dengan pendidikan barat ini nilai2 pengertian barat seperti human rights, equality of right, freedom of expression, chivalry dan sebagainja mendjadi kebudajaan umum bagi kita terima dan disesuaikan,dengan kebudajaan asli kita. Nilai2 revolusi jang diadjarkan oleh Renaissance, Revolusi Perantjis dan sematjamnja, kedjudjuran terhadap sesama manusianja, keberanian dalam perdjuangan jang dimuat dalam roman2 barat seperti karja2 Daniel Defos Charles Dickens, Conan Doyle, Gaskeli Stevenson, Graham Green, Shakespeare, Walter Scott dan lainnja dari Inggris, Alexander Dumas, Reng Descartes, Andre Gido, Victor Huge dan lainnya dari Perantjis, Dostojovski, Maxim Gorki, Poesjkin, Toergonev, Tolstoi dan lainnja dari Rusia, Ralph Emerson, Naiheniel Hawihome, Ernest Hemingway, Henry James, Herman Melville, Allan Poo, John Steinbeck dan banjak lagi lainnja dari Amerika Serikat dan banjak lagi dari negeri2 lain dan baru2 ini teristimewa mengenai tjertera2 perdjuangan kemerdekaan di Aldjazair, dan negara2 Afrika lainnja, nilai" itu mendjadi ukuran umum bagi kita dan diterima karena tjotjok dengan apa jang kita miliki sebagai unsur kebudajaan umum sematjam itu lebih subur lagi dipelihara bilamana tjotjok dengan nilai2 kebudajaan umum sebagai jang didatangkan oleh agama Islam, Kristen dan lainnja jang diterima dinegeri kita ini.

Pendidikan selain mendatangkan kelas baru, jaitu kelas menengah dimasjarakat kita, djuga menentukan nilai2 umum jang memberi pedoman bagi umum berdasar moral, jaitu pertimbangan salah-benar untuk mendjalankan sesuatu tindakan jang terpudji atau jang diharapkan oleh masjarakat atau mendjauhkan tindakan2 jang tertjela, karena tidak disukai oleh umum.

Moral kelas menengah jang achirnja mendjadi unsur kebudajaan umum dan jang mempersatukan kebudajaan asli jang bersifat ,,Bhinneka” itu mendjadi penilaian jang ,,tunggal Ika” pada pokoknja mendjadi batu udjian pertama untuk memimpin

kita menghadapi unsur" jang baik atau jang buruk jang terkandung dalam kebudajaan2 asing jang datang dinegeri kita ini.

KEDJUDJURAN Tentu sadja harus dipastikan bahwa unsur2 kebudajaan umum jang didatangkan

dan dipelihara melalui pondidikan barat itu diterima dan diudji dalam suasana kedjudjuran. Interpretasi jang berat sebelah atau jang sama sekali keliru atau djauh dari kebenaran harus dikoreksi, sehingga nilai2 itu dapat tumbuh dengan murni dan mita tidak dimomong dalam pengertian jang salah. Tentu sadja bahwa penilaian2 golongan jang terdidik ini tidak mudah diputar-bolikkan, sebab mereka segera dapat mengetahui apa2 jang salah dan apa2 jang benar berdasar logika dan common sense

melalui pendidikan Barat itu. Jang pertama mendjadi umpan kekeliruan itu ialah rakjat banjak. Rakjat banjak itu biasanja ikut apa kata kaum terpeladjar sadja dan penilaian mereka djuga berdasarkan penilaian kaum intelek pada umumnya. Oleh karena itu, bilamana ada gedjala untuk memutar-batikkan penilaian2 berdasarkan interpretasi jang keliru, kaum terpeladjarlah atau kelas menengahlah jang bertugas untuk memperbaikinja. Anggauta Pemarintah umumnja tergolong kelas menengah, mereka termasuk sedikitnja dalam golongan jang berpendidikan barat, sehingga merekalah terutama jang harus mendjaga supaja djangan ada uraian2 jang salah-tafsir atau djauh daripada kebenaran jung sesungguhnja.

87