Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/61

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

lukis setjara naturalistis, mematikan konsepsi bebas djiwa anak. Karena dalam priode tadi ia sedang gemar2nja pada fantasi dan tjakap pula menjusun dunia chajalnja, Guru pasti membuntukan daja berinisiatif dan ber-experimen sendiri dengan hasil-hasil penemuan-penemuan anak-anak, kalau guru hanja mengadjaknja sekitar melukis benda2 mati seperti gelas, topi, bunga dalam pot, kursi atau tas sadja.


Tragik diatas dapat kami legaskan dengan tjontoh anak A. jang sebelum bersekolah menghasilkan lukisan-lukisan indah, tapi sedjak masuk taman kanak-kanak kehilangan expressi dan dramatik jang pernah terdapatkan dalam hasil-hasil bebasnja.


Ilmu perspektif jang setjara praktis mulai dipeladjarkan pada anak jang masih keljil, tak memungkinkan anak akan melukis seperti dalam gaja pribadinja. Dalam melukis kampung misalnja, tidak akan melukiskan rumah-rumah dibelakang jang berada didepannja, karena tidaklah nampak. Tapi bagi anak jang masih menganut konsepsi bebasnja, akan melukis djuga rumah-rumah jang lebih djauh letakoja itu dan dalam bidang kerlasnja ditempatkan diatas rumah jang lebih dekat. Ia akan mulai melukis dari bawah. Dan berapa djumlah rumah jang akan dilukiskan lergantung lebarnja kertas sadja, kalau beranggapan bahwa kampungaja besar dan banjak rumah²nja.


Pernah kami djumpai pelukisan kepala2 anak jang terbalik atau berada dibawah dan kakinja diatas. Ini terdjadi dalam konsepsi pribadi seorang pelukis anak, jang menggambarkan anak2 sedang menari-nari bersama kawan²nja. Apakah sebab terbaliknja beberapa anak dengan kaki2nja diatas? Lobih mudah dipikirkan anak dalam suasana kesederhanaan djiwanja, kalau tanganînja jang bergandengan jang merupakan lingkaran dilukiskan lebih dulu. Maka semua kepala anak karenanja akan berada didalam lingkaran dan kaki2 di luar! Dengan akibat adanja kepala2 jang terbalik. Terdjadilah jang lain pada pelukisan penonton2 kuda kepang, jang djuga berdiri mendjadi satu lingkaran. Disini kakinjalah dari penonton jang dilukiskan sekeliling titik pusat dengan kepala-kepalanja jang diluar.


Lukisan anak pula dapat sangat dekoratif, oleh penjusunannja tanpa perspektif jang realistis; djuga oleh kemeriahan warna2 jang digunakan dalam melukis segala benda2 jang disederhanakan mendjadi benda datar tanpa dimensi ketiganja.


Kesimpulan2 terpenting kami tuliskan sebagai berikut :

le. bahwa pendidikan menggambar dari anak-anak ketjil kita perlu diperbarui, dengan menarik manfaat dari kenjataan mulut-mutu jang telah terbuktikan tinggi, kalau anak-anak diberi kebebasannja melukia menuruti penemuannja sendiri.

2e. bahwa apa jang sudah dihasilkan dalam pendidikan melukis di sementara sekolah Taman Siswa, sekalipun masih bersifat insidentil, dapat dibanggakan.

3e. bahwa selama masjarakat belum memperhatikan mutu-mutu pada pentjapalan anak dengan gaja bebasnja dalam lukisannja, selama itu masjarakat akan tetap buta menulup simpatinja terhadap bentuk-bentuk seni lukis diluar naturalisme, sekalipun dalam sedjarah masjarakat itu pernah ditjiptakan karja2 seni bermutu jang tidak naturalistis, seperti di Indonesia ini.


(dari: BUDAYA No. 9/10 1959)