Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/62

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

SOEDJATMOKO :

KEBUDAJAAN NASIONAL DAN MOBILISASI MENTAL

 PERGOLAKAN revolusi sekali lagi memaksakan kita untuk menjadari kembali arah dan tudjuan revolusi kita, untuk didjadikan pedoman dalam menghadapi berbagai masalah pokok mengenai kehidupan kita sebagai bangsa dan negara. Begitulah kita telah menghadapi, setelah hantjurnja negara K.M.B, dengan sistim demokrasi parlementernja, soal bentuk pemerintahan. Begitupun telah timbul pada kita kesadaran dan pengertian bahwa nasionalisme jang lelah membawa kita pada pintu gerbang kemerdekaan, tidak akan dapat membawa kita lebih djauh, tanpa penjusunan kembali ekonomi kita setjara sosialis.

 Lapangan ketiga, jang memerlukan kita mengorientasi diri kembali kepada tudjuan dan arah revolusi kila ialah lapangan kebudajaan.

 Sekarang umum dirasakan perlunja untuk menegaskan kembali kedudukan serta fungsi kebudajaan, baik didalam usaha kita bersama untuk memperkembangkan kebudajaan kita pada umumnja, maupun didalam usaha menjelesaikan revolusi kita pada chususnja agar didjadikan patokan dalam menghadapi permasaalahan kini.

 Permasalahan itu ditentukan oleh dua soal pokok: jaitu pertama, soal kepribadian bangsa kita dalam menghadapi pengaruh2 kebudajaan asing, dan kedua soal kebudajaan kita dalam rangka usaha menjelesaikan revolusi kita.

 Situasi setiap bangsa senantiasa ditentukan oleh pengalaman2nja dihari jang lampau, persoalan2 jang dihadapi dihari kini, serta harapan2 dan tjita2 mengenai hari depannja. Begitupun dalam lapangan kebudajaan. Disini kita pertama-tama berhadapan dengan adanja berbagai lingkungan kebudajaan jang masing2 mempunjai sifat dan tjiri sendiri.

 Adanja kebudajaan2 itu didalam lingkungan kebangsaan Indonesia telah memberikan kepada kebudajaan Indonesia kekajaan jang berlimpahan dalam bentuk pernjataannja, seperti djuga ditjerminkan didalam moto negara kita: Bhineka Tunggal Ika. Demikianlah telah terpupuk, didalam kesadaran hidup kita, rasa relativitet jang kuat dan toleransi jang mendalam.

 Kebudujaan regional ini masing2 merupakan endapan daripada tjara2 penghadapan bangsa2 Indonesia dihari jang lampsu dengan persoalan2 dimasa itu, ternasuk pers soalan2 jang timbul dari pertemuan dengan unsur2 kebudajaan asing. Sedjarah telah membuktikan besarnja pengaruh2 asing atas kehidupan kita, tetapi ia djuga membuktikan betapa kuat doja bangsa Indonesia, untuk memasak dan mentjernakan unsur asing itu, sehingga kebudajaan2 jang berkembang sebagai djawaban bangsa Indonesia atas pengaruh2 itu, telah kita rasakan sebagai perkembangan asli daripada bangsa2 hadapan Indonesia tadi.

 Muntjulnja bangsa Indonesia aebagal suatu bangsa jang merdeka dalam abad ke-20 teluh membawa kita, sekali lagi, berhadapan dengan persoalan2 baru serta unsur2 asingnja jang baru pula. Disamping itu telah timbul didalam hati kita, kemauan kuat hendak merobah masjarakat kita, mendjadi suatu masjarakat jang makmur serta adil, pada tingkat kehidupan jang lebih tinggi dari jang sudah2. Susunan masjarakat agraris feodal jang statis itu telah kita tinggalkan, begitupun begitupun kita telah atau sedang petjahkan belengguu pengekangan ekenomi kolonial, dan sekarang sudah mulai menempuh djalan