Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/43

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

kau wadjah putjat: ah, wadjah jang tak berdarah. Itu bukan salah kau. Tapi salah ajah. Ajah mau kau djadi orang pintar. Bukan lagi orang penjandang badjak seperti keluarga kita. Dan betapa iri kami melihat kau diperlakukan seperti itu oleh ajah.

Tahu kau, selama tigatahun Ori Hima pulangbalik bersama kau kesekolah. Ori Hima berdjalan disamping. Ia Madju sedang kau diatas punggungnja. Memang kau telah diangkat djadi pangeran oleh gajah. Karena kau harus djadi orang pintar. Dan betapa kami semua dianaktirikan karena kasihnja hanja tertudju pada kau.

— Tapi kau taktahu betapa menjesal aku diperlakukan demikian oleh ajah. Kau bisa saksikan sendiri betapa berobahnja aku sekarang, Aku tak bisa melakukan pekerdjaan jang telah diwariskan oleh keluarga kita. Aku djadi patung diantara mereka. Aku tak selintjah mereka. Aku djadi kaku takbisa berbuat sebebas seperti mereka berbuat. Mereka tidur dipondok jang tak berdinding ditengah ladang. Angin malam bersahabat dengan meraka. Dan mereka tidak sakit. Tapi apa aku bisa berbuat demikian ? Tentu sadja tidak mungkin !

— Dan kau tentu masih ingat, waktu kau akan meninggalkan rumah menudju kota untuk melandjutkan peladjaran. Suatu upatjara kepangeranan berlangsung. Karena kau akan berpisah dengan kami. Ajah sangat bangga sekali mempunjai anak lakilaki seperti kau. Dikatakannja bahwa kaulah jang akan mengangkat deradjat keluarga kita dari menjandang badjak turuntemurun itu. Sungguh aku heran mengapa ajah berbitjara begitu.

Dan aku menangis karena berpisah dengan kau. Karena kau adikku. Tapi jang terutama lagi, karena kau betulbetul telah dipisahkan oleh ajah dari kehidupan keluarga jang telah turuntemurun mempunjai tjara hidup sendiri. Memelihara tanah ketanian dan menanaminja dengan ketjintaan jang adjaib bila musim telah tiba, „Sedjengkalpun tanah ini takboleh engkau biarkan ditumbuhi rumput jang tak berguna, atau membiarkan dia liar atau kowu, karena hal itu bukan adjaran nenekmojang kita karena hal itu merugikan kamu”.

Lakilaki jang dipanggil Ori itu tak mendjawab. Dalam hatinja tetap menjesali ajahnja karena dia dipisahkan dari tjara kehidupan asli keluarganja. Tapi pikirnja, meninggalkan tjara hidup demikian ada djuga keuntungannja. Ia dapat merasakan tjara hidup lain dari tjara hidup keluarga jang turun temurun itu. Dan manakah jang lebih menjenangkan dari kedua tjara hidup itu ? Orangtani hidup dalam asuhan alam jang mengadjarkan laku jang spontan tidak banjak mengambil likaliku seperti jang dilakukan oleh orang kola. Orangtani hidup dalam kebutuhan jang sederhana, tjukup kalau panen djadi, maka hiduplah mereka dengan tenang sampai musim menanam mendjelang datang. Sedang kota sungguh ia taktahu, banjak kebutuhannja. Tapi diapun suka pada keadaan demikian.

Dan sementara itu anak lakilaki jang disuruh mandi tadi muntjul dengan badan telandjangbulat, lumpur jang melumuri badannja sudah hilang semasekali, tinggal titik titik airmandi jang memiliki seluruh badannja. Ibunja mengeringkan seluruh badannja dan menarik anak itu kepangkuanaja. Kulit anak itu kelihatan hitam keras, menandakan sedjak ia mulai beladjar berdjalan sudah berkenalan dengan matahari. Orang lakilaki jang dipanggil Ori itu menjaksikan dengan gairah laku kedua anak beranak itu, tapi lebih lagi kepada anak lakilaki itu. Anak lakilaki itu memandang dengan gairah pula kepadanja dan sebentar kemudian mata kedua mereka beradulah.

—— Kau harus membawa diri kekota, kata perempuan itu sambil menjelimuti badan anak itu supaja panas.

—— Itu tidak bisa, tolak lakilaki jang dipanggil Ori itu. Ini berarti kau akan memisahkan dia dari sesuatu jang dijintainja. kala lakilaki itu lagi.