Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/31

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

bahwa dari awal sampai achir pengadjaran mendjadi tema-pokok, djadi karena itu golongan madju telah mendapat kemenangan. Dengan demikian tidak berlebih-lebih kalau sementara kalangan kewartawanan Eropa menjebut kongres Nasional Djawa jang pertama itu mendjadi suatu sukses dan dapat ditjatat sebagai suatu „titik-balik" dalam sedjarah Indonesia. Kita dapat memandang kongres itu sebagai manifestasi dari soliduritel di Djawa untuk memperdjuangkan kepentingan rakjat dengan kekuatan sendiri. Perasaan harga diri jang mendjadi awal dari kesadaran nasional hendak mengusahakan kemadjuan bangsa dengan memadjukan pengadjaran sebagai stadium pertama kearah emansipasi dalam lapangan sosial dan politik. Indifferentisme terhadap nasib bangsa karena pendjadjahan mulai ditinggalkan dan disadari kekurangan jang terdapat dalam masjarakanja. Bukankah mendjadi prinsip B.O. untuk mempertinggi deradjat perkembangan intelektuil rakjat agar keadaan ekonomis mendjadi lebih baik ?


B.O. telah bertindak sebagai pelopor dan djedjaknja segera diikuti dimana-mana. Kehidupan perkumpulan mulai berkembang, tumbuh bagaikan tjendawan dimusim hudjan. Tidak terbilang djumlah perkumpulan² lokal jang berdiri sedjak tahun pendirian B.O. itu. Pada umumnja bertudjuan memperhatikan kepentingan bersama, ada jang bertjorak sosial ada pula jang bergerak dalam lapangan ekonomis.


Perkumpulan sosial setempat seperti :

  1. Sasangka Poemama di Temanggung hendak memadjukan kaum prijaji dengan mendirikan balai pertemuan, perpustakaan, menjelenggarakan tjeramah², diskusi.
  2. Satrio Darmo di Loemadjang ialah perkumpulan kematian.
  3. Tjahjo Hardjo di Semarang.
  4. Soedara Sinarawedi di Pemalang,
  5. Sri Mangoendihardjo di Wonosobo, dll.


Diantara perkumpulan ekonomis dapat disebut a.l. Wiworohardjo jang berkedudukan di Solo, Sarekat Dagang Islam di Bogor. Boedi Djojo di Bondowoso, Wedakaskojo di Koedoes dan Mardi Ostomo di Djakarta.


Belumlah disebut perhimpunan“ besar jang kemudian berdiri: Regentenbond dari para bupati, V.S.T.P. dari pegawai kereta api. P.G.H.B. untuk para guru. Sarekat Islam, Perserikatan Minahasa, Ambonsche Studie fonds. Menurut keajataan B.O. telah membuka djalan dan mendjadi perkumpulan induk dari beberapa perkumpulan lain. B.O.-lah jang memberi isjarat untuk Kebangunan Nasional I


Pembitjaraan tentang B.O. tidak dapat melupakan seorang promotornja, ialah dokler Wahidin Soedirohoesodo, jang oleh Suwardi Suryaningrat djuga disebut sebagai bapak dari B.O. dan namanja tidak dapat dipisahkan dari Pergerakan Nasional di Indonesia.


Sebagai dokter di Jogjakarta beliau terkenal sebagai seorang filantroop dan sangat populer dikalangan jang luas. Karena itu beliau berhasil membuat popularisasi tjara² pengobatan modern dan dapat mengadjak rakjat melaksanakan peraturan hygiëne. Dalam masa epidemi beliaulah jang dapat masuk dan keluar kampung. Ketjuali devosi kepada tugasnja beliau djuga mempunjai perhatian djauh lebih luas dari batas pekerdjaannja: banjak membuat karangan² dalam madjalah Goeroe Desa", malahan lama mendjaoi redaktur surat kabar „Retno Dhoemilali". Dimana mengadakan tjeramah² tentang kesehatan rakjat. Telah disebut djugu aktivitet beliau dalam usaha mendirikan dana-siswa untuk keperluan itu beliau telah mengadakan perdjalanan djauh ke beberapa kota di Djawa Barat guna melakukan propaganda dan menginsjafkan para prijaji tentang kedudukan bumiputera dalam masjarakat Indonesia. Kegiatan dokter Wahidin hanja dapat dimengerti, djika kita menjelami tjita²nja dan keichlasannja mengabdikan segala bakatnja untuk kemadjuan Nusa dan Bangsanja.


{{|25}}