Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/30

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

pengaruh dan kedudukan peradaban Barat dalam perkembangan kebudajaan Indonesia. Untuk mengetahui bagaimana sikap dan pendirian para pemuda terhadap soal itu. baiklah diteropong disini beberapa „highlights" dari kongres.


Dalam pidalo pembukaannja M. Wahidin Soeditohössado membentangkan tudjuan perkumpulan terutama dengan perkembangan djiwa hendak mempertinggi deradjat bangsa, sehingga lebih besar kesadarannja tentang hak dan kewadjibannja sedang dengan pengetahuannja dapat mengelakkan pengaruh beberapa sifat jang hingga saat itu menghalang-halangi djalan kearah kesadaran atas harga diri, tanpa kehilangan watak nasional sebagai bangsa, tanpa terbawa oleh imitasi adat-istiadat Barat meskipun menuntut ilmu pengetahuan Barat sebagai alat untuk mentjapai kemadjuan. Tudjuan jang dimaksud tørtjantum dalam atjara kerdja jang disetudjui oleh kongres, terdiri dari 9 pokok, hampir seluruhnja mengenal pendirian dan perluasan pengadjaran. Sebagai pembitjara kedua ialah R. Soetomo, ketua tjabang Djakarta. Dikemukakan sebagai dalil, bahwa pengetahuan memberikan alat2 untuk menambah kesedjahteraan materiil. Di Djawa hasrat untuk beladjar besar dan sudah umum.


Dimana kelaparan merupakan alat-sendjata dalam perdjuangan hidup, pengadjaran rakjat mendjadi ideaal. Kekurangan pengetahuan mendjadikan rakjat sebagai umpan objek eksploitasi bangsa asing sadja. Pendeknja Djawa sangat membutuhkan pengadjaran dipelbagai lapangan.


Dalam pidato wakil ketua tjabang Djakarta. M. Goenawan Mangoenkoesoemo, diutarakan terutama nasib rakjat ketjil dan apakah jang dapat dilakukan B.O. untuk memperbaiki. Perhatian pemimpin2nja lebih banjak ditudjukan kepada keuntungan sendiri, sedang peraturan pemerintah banjak mengalami kegagalan, hal mana dikatakan karena konservatisme dau tachajul petani. Boedi Oetomo mempunjai tugas2nja di desa. dimana rakjat perlu diberi pendidikan. Kaum prijaji perlu menjokong pendirian sekolah2 desa dan menjambut rentjana pemerintah untuk membuka 800 sekolah sedjenis itu dengan gembira.


Kemudian Mas Radjimun Mangoenhoesodo, dokter-kliwon di Solo dalam uraiannja menekankan pada nasionalitet Djawa, perkembangan kesadaran nasional dengan sembojan Bangsa Djawa tetap Djawa!" Isi uraian mengandung banjak unsur2 reaksioner, aristokratis dan konservatif sehingga membangkitkan reaksi dan bantahan, a.l. dari M. Tjipto Mangoenkoesoemo jang sangat demokratis, sehingga dipandang sebagal titik puntjak kongres itu.


Ditolaknja pendirian M. Radjiman, bahwa ada perbedaan antara bakat bangsa Barat dan Timur dan pengetahuan Barat tidak sesuai pada bangsa Djawa dan tidak memberikan hasil. Dikemukakannja bahwa pendidikan mempunjai peranan jang besar dan bangsa Djawa perlu mengambil keuntungan dari kemadjuan Barat untuk memperbaiki tingkat penghidupannja. Segala kesukaran materiil harus ditaati dahulu, kemudian kebudajaan dengan sendiri akan menjusul. Disini kita mentjatat suatu demokratis moment suatu demokratis moment dari kongres chususnja dan sedjarah pergerakan nasional umumnja.


Perabitjaraan dilakukan setjara bebas, pertukaran fikiran terus terang, argumentasi beralasan dalam mempertahankan pendirian. lebih-lebih tjara melahirkan perasaan terbuka. Sikap jang bebas dalam pembiijaraan dari bawahan terhadap atasan atau bangsawan sudah mendjadi suatu fakta ! Lagi pula dalam usul untuk memadjukan pengadjaran dijantumkan pengadjuan elementer2 dan landjutan untuk massa jang luas. Seperti jang diandjurkan oleh M. Goonawan Mangoenkoesoemo untuk bangunan harus dietakkan dasar2 jang kuat, maka tugas B.O. ada di desa.


Kalau mengikuti pembitjaraan, ada dua atjara-kerdja dari kongres, maka njatalah.