Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/27

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

 Djustru dalam djaman kemadjuan, waktu kesadaran kebangsaan mulai tumbuh, perasaan jang semakin kuat dari kewadjiban2 terhadap nusa dan bangsa disertai oleh perhatian jang semakin besar kepada kebudajaan sendiri. Djuga N.A. Kartini mempunjai minat besar terhadap bahasa Djawa, seni musik Djawa dan seni pahat.


 Bagaimanakah sebenarnja gambaran R.A. Kartini tentang kemadjuan bangsa Indonesia ? Sebuah nota jang ditulisnja atas permintaan Mr J. Slingenberg memuat pokok² pikiran tentang masjarakat Indonesia dikemudian hari jang sudah madju. Djudul nota itu berbunji Berikan orang Djawa pendidikan", suatu bukli, bahwa pendidikan dipandangnja sebagai persoalan pusat dalam memadjukan masjarakat Indonesia.


 Diandjurkan perbaikan pendidikan tjalon2 pegawai pamong-pradja, djaksa dan guru. Sistim magang dalam kepegawaian harus dihapuskan serta penghargaan perlu didasarkan kepada kapasilet dan tidak pada anclëniteit. Berikan kesempatan kepada pemuda² jang giat dan tjerdas untuk meneruskan peladjarannja ke perguruan tinggi di Eropa, untuk mendapat didikan sebagai ahli hukum, dokter, insinjur. Kemadjuan kaum wanita adalah faktor penting bagi peradaban bangsa, maka perlu didirikan sekolah tempat pendidikan mereka. Bukannja pendidikan intelektuil sadja, tetapi djuga pendidikan watak dan susila. Pendidikan dilakukan di sekolah dan dilingkungan keluarga, maka kaum ibu mempunjai panggilan sutji dalam lapangan pendidikan.


Dalam djangka waktu lebih kurang 10 tahun sesudah nota ini dituliskan, banjak perubahan terdjadi sehingga ada hal² jang lebih sesuai dengan buah pikiran R.A. Kartini. Beliau sendiri tidak lagi mengalami bagaimana tjita²nja lambat laun mulai direalisasikan: sekolah putri didirikan dan paham baru tentang kedudukan wanita Indonesia mulai berlaku.


 Usaha mendirikan sekolah2 putri telah dimulai semasa hidupnja, pada tahun 1900-1901. Tjontoh ini kemudian ditiru oleh segolongan orang2 jang menaruh simpati kepada idealisme R.A. Kartini. Dengan hasil pendjualan buku Habis gelap terbitlah terang" sebagai modal, maka Perkumpulan Dana-Kartini mulai melakukan aksinja.


 Pada tahun 1912 dibukalah Sekolah Kartini jang pertama di Semarang atas dorongan Van Deventer. Dalam pidato jang diutjapkan pada pembukaannja. M. Atmodirono dengan tepat mengutarakan bahwa pendidikan wanita tidak dapat dipisahkan dari perkembangan masjarakat bumi putera. Semendjak itu didirikan sekolah2 jang sedjenis² di Djakarta, Malang, Madiun, Bogor dengan memakai bahasa Belanda sebagai dasar, sedang sekolah-sekolah Kartini di Tjirebon, Rembang. Pekalongan, Indramaju dan Surabaja mempergunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar. Pemerintah membantu penjelenggaraan sekolah-sekolah ini dengan subsidi dan kemudian djuga mendirikan sekolah putri. Masih banjak lagi sekolah2 putri swasta jang dibuka dipelbagai tempat di Djawa, seperti Sekolah Kautaman Istri di beberapa tempat di Prijangan, Wanita Susila di Palembang. Darmorini di Blora, Sisworini di Solo, Mardi Kenjo di Surabaja, Mardi Putri di Banjuwangi dst. Keinginan R.A. Kartini sungguh2 terlaksana ! Pikiran beliau untuk mendirikan dana-siswa pada tahun 1906 djuga hendak diwudjudkan oleh beberapa pemuka pergerakan, jaitu P.A. Notodírodjo, R.M. Tjokoadisurja dan M. Wahidin Soedirohusodo, jang aktif melakukan propaganda untuk keperluan itu. Meskipun tudjuan jang hendak ditjapainja mulia dan sungguh2 sesuai dengan realitet, bahwa hasrat menuntut peladjaran semakin besar, namun konservatisme golongan aristokrasi waktu itu masih merupakan rintangan besar bagi perwudjudannja. Kira2 waktu itu dalam suatu karangan dalam Bintang Hindia" (1907) dikemukakan tuntutan, ialah bahwa pendidikan dan perkembangan rohani kaum wanita merupakan suatu keharusan bagi kemadjuan masjarakat.


 Bahwasanja „Zeitgeist” (djiwa djaman) mengalami perubahan ternjata dari beberapa