Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/25

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

peladjaran membatja dan menulis kepada anaknja. Hidup terkurung di dalam dinding² rumah orang tua merupakan persiapan bagi perkawinan, kebebasan bergerak tidak dikenalnja, adat istiadat dengan norma² sosial mengekangnja, penjimpangan akan menimbulkan tjemooh dan tjela sadja. Dengan demikian tidak mungkin ada perkembangan pribadi jang berdjalan dengan sewadjarnja.

Akan tetapi adat-istiadat kolot itu tidak luput dari semangat djaman jg. penuh dgn hasrat kemadjuan. Bahwasanja kaum wanita tidak boleh ketinggalan dalam mengedjar kemadjuan, dengan tegas diutarakan oleh surat kabar „Bintang Hindia” sbb:

„Peradaban rohani sangat perlu bagi gadis Indonesia, agar supaja kemudian kalau sudah mendjadi seorang ibu, dapat menundjukkan anaknja² kearah kemadjuan. Kalau ibu mendjadi pengasuh utama dari anak-anak dan mempunjai pengaruh penting pada masjarakat kita dikemudian hari, mengapa mereka dibelakangkan terhadap kaum lelaki ?”

Kaum wanita dari kalangan prijaji memang sudah mulai menghendaki perubahan keadaan dan adat kuno perlu dilepaskan. Timbullah tjita² untuk mendapat kedudukan jang lajak sebagai isteri terhadap suaminja, mengharapkan porsamaan antara kaum wanita dan pria. Sebagai seorang isteri harus sanggup mendampingi suami dengan petuah dan amal dan sebagai seorang ibu mempunjai peranan utama dalam pendidikan anak²nja. Adat kuno dipandang sebagai penghalang kemadjuan : adat mengurung serta mengasingkan dari pergaulan dan menempatkan kaum wanita ditempat jang rendah, artinja banjak kewadjibannja, sedikit haknja. Ketjuali untuk memperbaiki posisi kaum wanita, djuga tugasnja sebagai ibu dan pendidik anak² memerlukan pendidikan dan pengadjaran. Disini kita ingat akan utjapan Raden Adjeng Karlini sbb: „Berikan pen- didikan kepada bangsa Indonesia! Berikan pendidikan hati dan fikiran kepada wanita Indonesia, nanti mereka akan mendjadi peserta dalam menunaikan tugas sutji: peradaban rakjat kita jang berdjuta-djuta ini ! Berikanlah ibu² jang tegas dan bidjaksana maka kemadjuan bangsa hanja soal waktu sadja !”

Seruan R.A. Kartini sebagai pelopor dalam gerakan emansipasi bangsa Indonesia pada umumnja dan kaum wanita Indonesia chususnja bergema sampai djauh diluar batas nusantara kita. Tersiar luas sekali buku „Habis gelap terbitlah terang!” jang memuat buah fikiran dan tjita² R.A. Kartini mengenai kemadjuan bangsa Indonesia. Menambah pengetahuan, agar lebih mampu menghadapi tugas jang telah ditjita-tjitakan, jaitu pendidikan dan memperkembangkan pikiran serta perasaan wanita Djawa supaja tjakap melaksanakan pendidikan anak²nja. Disamping itu gadis Djawa perlu dibebaskan dari paksaan perkawinan dan perlu diberi keleluasan bergerak dalam masjarakat. Dengan demikian hendak ditjapainja pula agar kaum wanita mendjadi kawan hidup jang pantas dari kaum pria jang semakin lama semakin madju”. Meskipun tulisannja setjara chusus diperuntukkan bagi suku Djawa, tetapi sering kali terbukti bahwa tjita² R.A. Kartini meliputi seluruh bangsa Indonesia.

Surat-surat R.A. Kartini kepada sahabat²nja karib jang ditulisakannja selama 5 tahun (1899—1304) terkumpul dalam buku, „Habis gelap terbitlah terang” jang pertama kali terbit pada tahun 1911. Gaja bahasanja sederhana serta lagunja tak dibuat-buat, isi seluruhnja merupakan satu perdjuangan hebat melawan adat kuno, prasangka dan konvensi.

Jang diuraikan dalam suratnja ialah ct. pergaulan dalam lingkungan keluarga, bagaimana sifat² dan pendirian ajah-ibunja dan saudara²nja, pengalaman dan kesan dari perdjalanan dan kedjadian² istimewa, soal² agama keadaan rakjat jang terbelakang dan sengsara nasibnja, tentang adat-istiadat kuno seperti pemberian hormat dan pengurungan gadis, moral perkawinan jang merendahkan deradjat wanita. Semangat