Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/209

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

ialah terletak dalam bidang falsafah sedjarah. Apabila Hegel dengan terang²an berkata, bahwa alam tidak mungkin membuat sedjarah, analog dengan pendirian Bergson tentang „temps spatial", maka Marx (1818-1883) djustru sebaliknja mentjari titik bertolak sedjarah itu pada alam. Dengan bantuan Engels (1820-1895) ia mentjiptakan suatu dialektik alam jang dapat kita katakan sebagai aplikasi dialektik pada materialismo kontemplatif. Feuerbach (1804-1872) sendiri tidak mengenal kompromi dengan dialektik itu dan berhubung dengan ini Marx melakukan suatu kritik terhadap Feuerbach sebagaimana halnja Engels mengadakan kritik terhadap Dühring (1833-1921). Dalam kedua kritik itu pendoknja Marx dan Engels menjesalkan materialisme kontemplatif jang tidak memungkinkan tempat bagi sedjarah, sehingga oleh tiadanja makna sedjarah jang merupakan hal jang paling esensial bagi hidup manusia didalam masjarakat. maka materialisme kontemplatif itu hanja akan sampai kepada suatu pembentukan masjarakat burdjuis, sedang suatu materialisme dialektik akan sampai kepada suatu pembentukan masjarakat kemanusiaan atau kemanusiaan jang disosialisasikan *). Dibandingkan dengan dialektik idealisme, maka materialisme dialektik memulai dialaktiknja dengan djiwa objektif sebagai evidensi apodiktiknja, jang menarik djiwa subjektif, demikian dalam suatu perkembangan tesis-antitesis-sentesis. Oleh karena itu milieu mengambil peranan terpenting dan sebagai corolariumnja maka dipretendoeraja sebagai suatu teori, bahwa hukum ekonomi diseluruh pelosok dunia ini universal adanja, *) Pendirian inipun tidak merupakan penjelesaian pertentangan idealisme dan realisme, melainkan pendirian jang telah dipilih, jaitu pendirian realisme, Sebagaimana Bergson menolak „temps spatial" sebagai suatu historikita, sebagaimana Bergson menolak pengertian sedjarah pada Darwin oleh karena ketiadaan makna pada hal makna itu merupakan sjarat mutlak bagi sedjarah dan masjarakat kemanusiaan, demikianlah Marx dan Engels menolak Feuerbach dan Dühring. Tetapi meskipun Marx dan Engels sebagaimana ditundjukkan oleh jang terachir ini mentjari fundamen dari kenjataan² sedjarah ini pada Darwin *) dan melakukan suatu aplikasi dialektik toh sebagaimana Hegel mereka harus mengambil suatu pendirian jang ipso facto menolak idealisme. Kesulitan jang dialami oleh kedua raksasa falsafah itu menurut pendapat kami terletak dalam kenjataan, bahwa mereka tidak dapat mengatasi pertentangan idealisme dan realisme. Sebagaimana nasib mereka inilah agaknja djuga Bergson jang menurut pandangan kami tidak dapat mengatasi pertentangan tersebut, tetapi tidak oleh terutama suatu elektisme jang sulit, melainkan oleh kelemahan fundamen antropologi falsafah, jaîtu masalah hubungan djiwa dengan badan. Bergson sendiri ber-kali mengaku, bahwa tidaklah mungkin mengadakan suatu amalisis atas sesuatu objak pada saat objek itu diponeer oleh subjek. Djika ia madju selangkah sadja lagi, jaitu melakukan suatu tindak Intensional maka pastilah ia berhasil mentjapai tudjuannja. Akan tetapi alangkah malangnja, bahwa ia mendadak kembali mundur dan mentjari landasan pergulatanja pada memori, sehingga tidak mungkin ia melakukan suatu tindak reflektif. Umpama sadja ia madju selangkah sebagai kami maksudkan tadi maka ia tidak akan mentjari sasarannja pada gambaran memori, karena dengan demikian alangkah anehnja, bahwa intuisi tidak dapat menangkap intuisi itu sendiri. Berbeda dengan fenomenologi dialektik jang mentjari landasan pergulatannja dalam memetjahkan pertentangan idealisme dan

————————————

.*) Karl Marx, Theses in Feuerbach, dalam kumpulan karangannja bersama Friedrich Engels, Selected Works, djilid II, Moskow, 1955, p. 404.

.*) Equipe d'uraiage sous la direction de Gilbert Gadoftre. Vers le Style du XXe siècle. Paris, 1945, p.

.*) Selected Works II, p. 75.