Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/201

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

kenjataan² seluruhnja. Oleh karena itu manusia harus dibebaskan dari pengaruh inteligensi diskursit. Sudah barang tentu tindakan ini mendapat reaksi jang sangat hebat dikalangan ilmu-pengetahuan alam. Bertrand Russel, seorang filsuf Inggris dewasa ini, memperdengarkan reaksinja dengan tantangan jang ber-kobar, tatkala jang terachir ini berkata, bahwa mereka jang puas dengan kegiatan tanpa tudjuan akan menemukan gambaran jang menarik tentang alam semesta dalam karja Bergson. Tetapi kata filsuf Ingris itu, siapa jang tindak-perbuatannja menginginkan memiliki nilai2, tidak akan menemukannja dalam filsafah Bergson. 8)


Meskipun kritik Russel tentang Bergson menundjukkan beberapa kebenaran, umpamanja kesalahan Bergson dalam mengambil gambaran stereal sebagai titikbertolak dari usahanja untuk membebaskan diri dari dilema realisme-idealisme. Tetapi Russel terlalu bernafsu tatkala ia berkata, bahwa intuisi dalam tjita Bergson sama dengan Inslink sebagaimana jang dimiliki oleh seekor semut dalam unggunan sesamanja. Jang dimaksudkan oleh Bergson dengan „instink" bukanlah „instink" seperti jang ditangkap oleh Russel. Andaikata Russel agak teliti dalam membalja "L'évolution creatrice" filsuf Inggris itu akan memperhatikan suara jang diperdengarkan oleh Bergson dalam mana jang terachir ini berkata, bahwa teon" ilmiah tentang instink telah ber-ajun² antara penjamaon instink dengan akal-pikiran jang telah ontaard" disatu pihak dan pengembalian instink kepada se-mata² mekanisme dilain pihak. Kedua teori ilmiah ini kritik-mengritik dan masing² merasa memperoleh kemenangan gilang-gemilang. Jang pertama membuktikan kepada kita, bahwa instink sama sekali lain daripada akal pikiran, malahan lain daripada akal-pikiran jang telah turun kearah ketaksadaran. Menurut Bergson kedua teori ini mempunjai simbolisasi² jang dilihat dari sudut tertentu dapat diterima, tetapi dilihat dari sudut lainnja masing² tidak mendapat keljotjokan tentang objeknja. Pengertian ,inslink" ini bukanlah pengertian intuisi" pada Bergson, karena Bergson mengartikan instink sebagai simpati. Kenjataan, bahwa jang terachir ini merumuskan întuisi sebagai instink, jang sekali tidak mempunjal kepentingan dan mendjadi sadar diri dan mampu untuk memikirkan objeknja dan meluaskannja tak terbatas. 9) Tetapi pengritik Bergson tidak boleh melupakan keajataan, bahwa Bergson seperti dilandaskannja sendiri tidak berpikir tentang instink itu dalam rangka inteligensi, melainkan dalam rangka simpati. Oleh sebab itu instink dalam fungsinja untuk memahami kehidupan pada Bergson tidaklah sama dengan instink hewani sebagai halnja kedapatan pada unggunan semut jang telah disebutkan. Ini nanti akan kami tundjukkan dalam achir tjeramah ini. Tidak kurang djelas, bahwa sebelum Russel menuliskan kritikanja tentang Bergson dalam mana filsuf laggris itu menjangka, bahwa instink jong dimilikl oleh Bergson adalah sama dengan instink jang dimiliki oleh seekor somut 10), ja belum itu. Bergson telah merumuskan, bahwa perbedaan antara hewan dan manusia bukan lagi perbedaan gradual, melainkan perbedaan esensial. Pada hewan,kata Bergson 11) mekanisme gerakan jang tersusun oleh otaknja jang bekerdja hanja melangsungkan gerakan jang membawa serta kebiasaan² jang se-akan² telah tersedia dalam mekanisme² itu. Dikatakan dalam mekanisme, artinja dalam sistem gerakan jang mendjalankan gerakan itu menurut hukum² alam. Setjara esensial berbeda dengan hewan, pada maausia hasil dari kebiasaan gerakan² itu bisa berlainan. Salah satu faktor jang mem


__
8) Bertrand Russel. Geschiedenis der westerse filosofie, Vert. Rob Limburg, Den Haag, 1948, p. 727.
9) De Scheppende evolutie, p. 239.
10) Geschiedenis der westerso filosofic, p. 712.
11) De Scheppende evolutie, p. 247.