Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/20

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

SARTONO KARTODIRDJO:

PERISTIWA DAN TOKOH
DARI SEDJARAH PERGERAKAN NASIONAL

Pendahulan.

Dipandang dari situasi sekarang, waktu kita mengalami proses pertumbuhan negara nasional kita. Sedjarah Pergerakan Nasional sudah selajaknja mengambil tempat pusat dalam Sedjarah Indonesia oleh karena setjara langsung memberikan latar belakang histeris dari pelbagai segi proses perkembangan itu.

Kalau pada satu pihak perisiiwa Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 merupakan pangkal permulaan sedjarah Republik Indonesia sebagai Sedjarah Nasional dalam arti jang primer, pada pihak Isin kedjadtan itu dapat djuga dipandang sebagai titik kulminasi dari perdjuangan nasional sedjak awal abad ini seperti terwudjud dan digambarkan dalam Sedjarah Pergerakan Nasional.

Perkembangan sedjak gerakan emansipasi sebagai fase permulaan dari kesadaran nasional samp gerakan kemerdekaan sebagai manifestasi kedewasaan kesadaran itu, kesemuanja terdjadi selama periode Pergerakan Nasional itu.

Dalam karangan ini diadakan penelaahan tentang beberapa peristiwa dan tokoh pada masa itu, dengan maksud sekedar menambah bahan pemikiran kearah penulisan Sedjarah Nasional dikemudian hari.

I. MASJARAKAT KOLONIAL DAN MASA EMANSIPASI

Mendjelang achir ahad ke-XIX dalam masjarakat Indonesia sebagai masjarakat kolonial terdapat keadaan² jang serba terbelakang. Dari penduduk 28,5 djuta di pulau Djawa hanja 24.009 orang anak jang mendapat pengadjaran di sekolah, di beberapa duerah hahaja bandjir merupakan antjaman chronis terhadap pertanian, ber-matjam² wabah sering mengamuk dan meminta banjak kurban, seperti wabah pes, cholera atau tjatjar, pemerintahan borsifat otokratisfendal dan tidak dikenal dewan perwakdlan jang demokratis. Kesemuanja itu adalah akibat langsung dari sistim pemerintahan serta politik kolonial negeri Belanda. Menurut paham politik waktu itu ada „communis opinie,” bahwa tanah djadjahan merupakan objek eksploitasi, djadi untuk diambil keuntungan sahasarnja bagi negeri jang mundjadjah. Pofitik draingge itu telah dilakukan sedjak djaman V.O.C, dan barlangsung sampai keruntuhan pemerintah Hindia Belanda pada awal Perang Dunia kedua. Dengan sistim monopoli dan proteksi dikuasai seluruh per- dagangan, perindustrian, perkebunan dan perkapalan di Indonesia, sehingga mendorong serta menguntungkan perkembangan navigasi, industri, perdagangan dan modal nasional Belanda.

Satiap tahun berdjuta-djuta rupiah mengalir ka perbendaharaan negeri Belanda,