Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/181

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Makin banjak seluk-beluk watak jang harus diperankannja, makin pelik dan kompleks matjam manusia jang harus diterdjemahkannja, makin dalam dia harus menggali perbendaharaan tehniknja jang telah diperdapatnja dari latihan dan pengalaman. Tetapi kebalikannja, makin sederhana karakter jang harus dilukiskannja, makin mudah bagi dia untuk berperan,

Apalagi, djika dia hanjalah harus mendjalankan apa adanja dia sendiri sadja, seperti kebanjukan terdapat pada peranan dalam film Indonesia jang pada umumnja dangkal sifatnia itu, maka tiadalah dari padanja diharapkan penguasaan tehnik jang luar biasa. Lazimnja, sekedar bakat kadang djuga sudah peranan. Hal beginilah jang lantas menimbulkan anggapan, bahwa siapa sadja bisa bermain, tidak perlu ada latihan atau didikan istimewa2.


BAKAT PERLU.

Seperti djuga halnja dengan kesenian lainnja, maka penguasaan lehnik sadja tidaklah akan membikin seseorang dengan lantas djadi pemain jang baik. Tehnik dapat dipeladjari oleh semua orang jang punja kemauan untuk mempeladjarinja, tetapi jang udak dapat dipeladjari dan tidak dimiliki oleh semua orang ialah bakat,

Apakah itu bakat? Bakat (talent) adalah keistimewaan pada seseorang jang seolah-olah telah dibawanja dari lahirnja dan telah djadi pemberian Tuhan padanja, jang memungkinkan dia mentjapai sualu prestasi (kesenian) lebih mudah dari orang lainnja.

Seni berperan seperti djuga halnja dengan seni lainnja, hanjalah dapat dipeladjari sampai batas rangkuman bakat seseorang. Djelaslah, bahwa bakat adalah faktor jang menentukan bagi prestasi jang dapat dihasilkan oleh seorang pemain. Seorang jang mempunjai bakat akan lebih mudah mentjapai suatu tingkat keahlian dari seorang jang kurang bakatnja untuk menijapai tingkat keahlian jang sama. Kebalikannja seorang jang kurang bakatnja mungkin akan dapat menghasilkan prestasi jang lebih baik dari seorang jang punja bakat dengan lebih kerdja mati-matian dan usaha berlipat-ganda.


Maka dapatlah dipahamkan sekarang, kadang2 dapat kedjadian, bahwa seseorang jang kurang mendapat latihan tehnik, tetapi memiliki bakat jang besar, pada suatu saat seolah-olah lebih borhasil permainannja dari seorang jang telah beberapa lama mendapat latihan pada suatu sekolah drama misalnja.


Oleh karena itulah kebanjakan sekolah drama, hanjalah mau menerima siswa jang sebelumnja sudah terbukti memiliki bakat, supaja mereka jang tamat dari sekolah itu betul telah matang latihan mereka sebelum mereka dilepaskan ketengah masjarakat.


Bagaimanakah kita dapat mengetahui, bahwa seseorang punja bakat untuk djadi aktir? Pada sekolah2 drama biasanja, tiap jalon siswa dibaruskan lebih dulu melalui berbagai-bagai tes sebelum diterima.


Kepada mereka dihadapkan berbagai-bagai pertanjaan dan dirumuskan berbagai sistem untuk mengetahui sampai kemana mereka mempunjai bakat.


APAKAH SJARAT-SIARATNJA ?

1. Seorang tjalon aktir (aktris) pertama-tama baruslah memiliki daja penerimaan rohaniah jang besar tentang laku manusia dalam keadaan dan kedjadian jang terlihat padanja sehari-hari.


Dia haruslah punja reaksi jang spontan dalam melihat antara tjelah-tjelah suatu keadaan dan suatu kedjadian. Diharuskanlah dapat menembus kepada latar belakang perhubungan jang kelihatan ada antara sesama manusia, Djiwanja haruslah sematjam pegawai penerima jang perasa, jang turut bergetar dengan tiap kedjadian sekelilingnja. Djiwanja haruslah sematjam lajar radar jang dapat menangkap alam kehidupan manusia jang penuh dramatik ini. Dia haruslah terbuka dengan tiada prasangka dalam menerima dan mentjernakan kesan2 serta pendapat2 baru.