Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/17

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

kan, bahwa kebudajaan² daerah itu tidak dapat dilebur kedalam kebudajaan nasional. Ditundjukkannja, bahwa tidaklah ada sesuatu seni jang bertjorak nasional, umpamanjampada suatu hari kita melihat sesuatu lukisan dan sengadja nama dan kebangsaan pelukisnja tidak diberitahukan kepada kita, maka sukarlah kita menebak, lukisan apakah itu, lukisan Djepang, lukisan Tionghoa, ataukah lukisan Indonesia. Djika pandangan atau pendirian ini tidak dimaksudkan untuk mengadakan apologi terhadap kebudajaan² daerah, melainkan terhadap kebudajaan jang melewati balas kebangsaan, maka hal itu dapatlah dipahami sebagai suatu pendirian jang wadjar, suatu pendirian jang melihat kemungkinannja manusia sebagai kenjataan. Dalam hal dua pendirian itu bertentangan, jaitu jang pertama mengemukakan suatu konsep nasional tentang kebudajaan, sedang jang lain mengemukakan konsep internasional tentang kebudajaan fenomen² itu haruslah kita dekati sebagai fenomen². Sesungguhnja kita tidak akan mungkin mengerti kepada kedua konsep jang bertentangan itu apabila kita mempergunakan bahasa jang asing untuk mendekatinja sebagai fenomen.

Djika kita boleh menafsirkan setjara fenomenologik terhadap fenomen konsep nasional tentang kebudajaan, maka terlebih dahulu kita harus mengerti fenomen nasionalisme kita sebagai fenomen sedjarah. Nasionalisme kita sebagai jang dirumuskan oleh pemimpin² kita jang dalam permulaan abad ini bergerak dalam dunia pendjadjahan adalah sualu antitesis terhadap suatu burdjuasi asing jang lazimnja disebut dengan imperialisme modern. Oleh karena imperialisme modern ini mentjiptakan suatu keadaan proletariat di Indonesia, maka kesadaran, bahwa tanpa bangsa Indonesia, maka imperialisme modern Itu tidak mungkin mentjapai tudjuannja, mentjiptakan suatu pengertian nasional, jang sifatnja berlainan dengan perdjuangan kemerdekaan menentang pendjadjahan sebelum abad ke-20. Kesadaran ini adalah kesadaran nasional jang dinjatakan dalam utjapan² pemimpin² kita supaja kita sebagai rakjat jang ditindas oleh imperialisme modern itu bergerak menghimpun suatu persatuan nasional. Oleh karena itu sifat dari kesadaran nasional ini tidak semata oleh kulit kita, oleh ras kita, dsb. melainkan didalamnja terkandung kesadaran sosial dan kebudajaan. Meskipun demikian, kesadaran pasional kita itu bukanlah suatu kesadaran kelas, karena kesadaran nasional itu adalah suatu kesadaran kerakjatan jang timbul oleh pendjadjahan bangsa asing. Berlainan dengan itu adalah kesadaran kelas jang tidak ditudjukan terhadap bangsa asing. melainkan terhadap bangsa sendiri, jaitu djikalau perdjuangan sosial atas kesadaran kelas itu masih dalam taraf permulaan, jaitu tarat perdjuangan nasional. Kesadaran kelas ini bisa timbul setelah perdjuangan politik atas dasar kesadaran nasional selesai dan apabila perdjuangan politik itu tidak mengubah kondisi sosial dari masjarakat kebangsaan. Demikianlah dua pendirian ini, jaitu jang pertama berdasarkan kesadaran nasional dan jang terachir berdasarkan kesadaran kelas, njata pula bajangan²nja dalam lapangan kebudajaan. Dalam taraf perdjuangan anti imperialisme modern sebagaimana jang dilakukan oleh bangsa kita sodjak permulaan abad ini dalam arti tertentu belumlah ada persoalan kesadaran kelas, meskipun tidak diragukan, bahwa sebagian ketjil dari bangsa kita berusaha menentang kekuatan nasional kita. Tetapi bukan mereka itu jang pokok, sebab mereka hanjalah pelajan kaum imperialis, jang pokok adalah kaum imperialis itu. Oleh karena itu persoalan kesadaran kelas sebenarnja terlalu di-tjari², meskipun kita harus mengetahui dengan betul², bahwa setiap penggunaan kemenangan jang salah akan menimbulkan imperialisme baru, jaitu imperialisme oleh sebagian ketjil dari bangsa kita jang melupakan prinsip² dari perdjuangan kita jang berdasarkan kesadaran nasional itu. Djika ini terdjadi, maka lahirlah burdjuasi alias imperialisme nasional dan inilah jang akan membuat sedjarah kita mengikuti djedjak sejarah kaum imperialis itu sendiri, jaitu timbulnja kelas jang tidak lagi bersifat nasional, melainkan