Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/18

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

sosial. Disinilah baru muntjul persoalan lentang kesadaran kelas. Namun persoalan ini dinegeri kita belum ada dan tidak perlu ada, asal sadja kita tidak mengchianati diri kita, jaitu tidak menentang kesadaran nasional kita sendiri, suatu kesadaran jang telah mentjakup bidang² sosial dan kebudajaan. Djika kita boleh mengatakan dengan singkat, kebudajaan nasional berlangsung dalam proses revolusionair kita menentang imperialisme modern itu, menentang kapitalisme asing dan perlu ditjatat, bahwa kita belum memiliki kapitalisme nasional, tanda²njapun, bahwa kita akan memiliki kapitalisme nasional itu, tidak ada, karena UUD kita setjara implisit menutup kemungkinan akan berkembangnja ekonomi liberal. Oleh karena itu dalam kondisi politik jang sedemikian kita hanja mempunjai satu konsep kebudajaan, jaitu konsep nasional. Ini toh tidak akan dimengerti oleh siapa jang tidak mengerti kepada kesadaran nasional kita, Memang sukarlah dibajangkan bagi siapa jang belum pernah ikut mengambil bagian dalam perdjuangan nasional kita, in concrete dalam revolusi nasional kita, untuk mengerti akan perkembangan masjarakat Kita sekarang. Djika kita memang tidak pernah turut dalam revolusi nasional ini, maka untuk mengerti makna kebudajaan nasionalpun adalah suatu kesukaran pula. Djika kita berdiri diluar revolusi nasianal, baik sebagai penentang, pengedjek, maupun penonton, maka suatu konsep nasional tentang kebudajaan adalah suatu hal jang ridicule. Tetapi perlu disini diperingatkan, bahwa pun bagi siapa jang turut bergolak dalam revolusi nasional tidak berdasarkan kesadaran nesional, melainkan olah perasaan takut alaupun ikut²an sadja, iapun tidak akan mengerti kepada nilai kebudajaan nasional. Ia akan mentjarl pegangan lain, jang setjara psikologik telah mendesaknja keluar garis revolusi nasional, dan sekalipun dapat diutjapkannja berulang kali perkataan kesadaran nasional itu perkataan tersebut tidaklah mengandung hikmah sama sekali.

KEBUDAJAAN DILUAR KEBUDAJAAN ?

Maskipun demikian, bagi siapa jang kesadarannja mempunjai kearahan nasional sebagai kita lukiskan tadi haruslah mengerti, bahwa kesadaran nasional sebagai kesadaran kebudajaan mengandung masalah² jang harus dibahas dengan sungguh². Apukah kebudajaan nasional itu mengandung implikasi, bahwa kita harus kembali kepada djaman² kebudajaan bangsa kita dahulu? Dengan sangat berhati² kita mentjoba memberikan jawaban, bahwa kesadaran nasional kita sebagaimana dirumuskan pada 20 Mei 1508 itu adalah suatu antitesis terhadap pendjadjahan sebagai proses sedjarah jang bersifat mudju bagai arus gelombang jang tidak mengulangi dirinja. Oleh sifatnja jang madju itulah maka kebudajaan nasional tidak terkuntji dalam sel jang sempit dan gelap, melainkan bergolak tak terbatas bagaikan ombak dan gelombang samudera. Akan tetapi haruslah ditegaskan, bahwa kebudajaan nasional kita itu walaupun merupakan proses sedjarah bangsa kita, namun in sensu stricte tidaklah sama dengan proses sedjarah kita itu, kebudajaan nasional kita itu bukanlah ekspresi revolusi bangsa kita, melainkan ekspresi dari ekspresi revolusi bangsa kita sedjak kesadaran nasional itu kita miliki. Oleh karena dasarnja adalah kesadaran nasional itu kita tidak mengurung diri kita diantara tembok² perwatasan jang fiktif itu, melainkan sebagaimana kesadaran itu mempunjai kearahan kebudajaan nasional kita itupun memiliki nilai² universal, mengingat, bahwa kebudajaan nasional kita itu tidak hanja melangsungkan dirinja dalam sedjarah bangsa kita semata², melainkan djuga dalam sedjarah dunia. Bukankah tjita² kemerdekaan kita jang kini masih kita realisasikan itu mempunjai hubungan erat dengan revalusi² diluar tanah-air kita sebagai revolusi Perantjis, revolusi Amerika, revolusi Itali, revolusi Tiongkok, dsb ? Teranglah, bahwa kebudajaan nasional kita itu tidak bertentangan dengan sedjarah dan djustru merupakan momen² penting