Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/169

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

pember 1956 berkepala „Titik-tilik Hitam". Drama ini sebagai drama psychologis lebih baik dari jang mendapat hadiah untuk tahun 1958, dan ingin saja membitjarakannja disini sebelum membitjarakan Sekelumit Njanjian Sunda".


Didalam Titik-titik Hitam" dipersoalkan kehidupan modern dan persoalan sexuil jang menimbulkan konflik-konflik kedjiwaan. Drama ini bukanlah lukisan realistis dalam arti bahwa kedjadian-kedjadian dan pertjakapan-pertjakapan menurut kenjataan sehari-hari. Pengarang mengambil bahan-bahannja dari kedjadian sekitarnja tapi menggodoknja mendjadi sualu tjiptaan jang seolah memperkeras dan memperkuat apa jang dalam kedjadian sehari-hari hanja merupakan pikiran dan perasaan jang tidak diutjapkan atau kedjadian-kedjadian jang tak ada hubungannja jang satu dengan jang lain. Dengan demikian drama ini dapatlah dianggap sebagai suatu expresi dari djiwa suatu sudut masjarakat jang sedang mentjari bentuk sendiri. Barangkali bisa disangsikan kemungkinan terdjadinja beberapa scene pertjakapan-pertjakapan dalam kehidupan sehari-hari, tapi inilah peperangan batin manusia intelektuil diperkeras seribu kali. Tokoh-tokoh hanjalah alat untuk memberi bentuk kepada peperangan batin itu, peperangan antara nilai-nilai moral lama dan nilai-nilai kesusilaan baru.


Tjerita berputar pada tokoh jang sama sekali tidak muntjul diatas panggung ketjuali dalam suatu sorotan balik (flashback), Hartati jang mengalami sekarat dikamar jang tertutup rapat. Dari tokoh-tokoh lain jang datang mengundjunginjalah kita mendengar riwajat hidupnja.

Informan-informan kita itu ialah ibu Hartati, Adang suami Hartati, dokter Gun jang merawat Hartati, Rahaju adiknja dan Trisno adik suaminja. Dianalisa setjara singkat tjerita merupakan tjerita segitiga dengan sedikit komplikasi.


Hartati sudah lima tahun kawin dengan Adang, kemudian djatuh tjinta kepada adiknja, Trisno. Tapi tjintanja ini tidak sampai melunturkan pula tjintanja kepada Adang semula dan desakan Trisno untuk minta tjerai dari suaminja tidak bersedia ia memenuhinja. Antara Trisno dan adik Hartati, Rahaju, terdjalin pula romance jang membikin tegang perhubungan antara Hartati dengan adiknja ini. Dalam klimaks pertumbuhan pertikaian terdjadi ketegangan antara Adang dan Trisno, dan Rahaju, pertikaian mana achirja mendjadi reda dengan berita bahwa Hartati telah meninggal dunia.


Beda dengan umumnja tjerita-tjerita tjinta didalam drama ini kita tidak bersiram dalam sinar terang bulan dan harum kembang mawar, tapi dari mula hingga achir berhadapan dengan perlengkaran semata. Dan didalam pertjakapan-pertjakapan pertengkaran inilah kita dihadapkan kepada persoalan-persoalan manusia jang tak punja pegangan lagi pada tradisi lama tapi belum pula berani meninggalkannja sama sekali karena nilai-nilai barupun masih merupakan pertjobaan-pertjobaan belaka.


Ibu Hartati adalah wakil dari tradisi lama jang tak diakui lagi oleh anak-anaknja. Tradisi lama jang tahu akan kekolotannja tapi terus bertahan dalam dunia baru, dengan mempergunakan tjara-tjara baru pula. Tidak ia berpatah berpetitih tapi langsung mempertahankan nilai-nilainja sendiri, meskipun ia kadang-kadang tidak tahu kemerdekaan apa jang dimulai oleh anak-anaknja.

Dirumah ini Aju tidak kurang apa-apa. saja tidak melarang dia dalam pergaulannja sehari-hari, saja tidak mentjampuri hidupnja. Tapi ia penuh dengan pikiran-pikiran merdeka, tidak mau diikat dan ditentukan orang lain. ― hati saja ini hantjur sudah memikirkan Aju, hantjur karena saja tidak bisa berbuat apa-apa. Sudah terlepas sama sekali ia dari saja. Ia terlalu keras kepala, keras hati". (hal. 492). Demikian dia mengeluh kepada dokter Gun. Tapi pula betapa sengit serangannja kepada pemuda Trisno :


Trisno : ― Apa jang terdjadi antara Tati dan aku adalah urusanku berdua. Dan segalanja adalah tanggungan kami berdua.