Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/143

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

suatu ketabahan, suatu keberanian, djuga sering disebut kelabahan-hidup, karena, bukankah hidup manusia selalu merupakan suatu risiko. Sudah patut, karena, bukankah didalam pertemuan dengan orang-lain, kita bertemu dengan diri kita sendiri, jaitu kita sendiri dan achiraja berhadapan dengan diri kita sendiri, dan untuk hal itu diperlukan melihat diri kita keberanian.

Seorang manusia jang mempunjai prasangka2, ialah seseorang jang tidak memilik! keberanian hidup itu, orang itu ialah laksana seorang anak keijil jang belum teguh berdirinja dan jang belum berani meninggalkan rumahaja" sendiri guna menempuh djalanan jang menudju kepada suatu pertemuan dengan orang-lain. Didalam rangka ini kami djuga hendak melihat prasungka itu sebagai suatu fiksasi, suatu kemogokan dalam perkembangan. Sudah sewadjarnja pula bahwa prasangka2 ini djustru sering didjumpai pada orang2 neurotis, oleh karena penderitaan neurolis merupakan suatu gangguan perkembangan pada chususnja.

Untuk dapat menempatkan diri dialas prasangka ini, kita harus melepaskan diri dari diri kita sendiri. riinja kita harus melangkahi dui kita sendiri, keluar ruang sempil dari "Gehäuse" kita sendiri, seperti pernah dikatakan oleh Karl Jaspers. Karena, bukankah prasangka merupakan suatu penjempitan dari eksistensi kita sendiri, oleh karena mengutjilkan orang lain itu mengimplikasikan bahwa kita menjembunjikan diri, sedangkan dengan menerima orang-lain itu, artinja didalam daerah-pertemuan dengan orang-lain, perspektif-hidup kita djustru mendjadi lebih luas, Djadi, kita dapat menjimpulkan renungan ini dengan mengatakan bahwa simanusia jang berprasangka, ialah simanusia jang menguntji diri didalam suatu kamar jang sempit, sehingga ia tidak dapat merealisasikan dirinja dan oleh karena itu djuga tidak akan tinggal sehat.