Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/136

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

 Masalah kambing hitam berhubung erat sekali dengan sifat2, adat-istiadat, tetapi djuga djuga tingkahlaku, sikap dan kebiasaan jang ber-beda2, jang diperlihatkan para anggauta sesuatu masjarakat pergaulan atau jang lazim tampak pada kelompok2 umatmanusia tertentu, jang merupakan lapisan2 masjarakat chusus.

 Dalam lingkungan rumahtangga mungkin tampak perbedaan tingkahlaku, norma2 hidup, kejakinan atau tjita2 antara orangtua dan salah seorang anaknja.

 Misalnja: Ajah adalah bekas perwira angkatan perang. Sebagian besar dari hidupnja ia bekerdja sebagai pradjurit, jang penuh berdisiplin dan taat kepada tata-tertib jang berlaku. Ajah djuga telah biasa hidup kasar selama dalam angkatan perang.

 Dirumah ajah hendak mempraktekkan penghidupan kepradjuritan itu pula. Anak²-nja harus taat kepada perintah jang diberikannja, mereka djuga harus membiasakan dirinja dengan penghidupan kemiliteran: (kasar, berat, dsbnja). Ajah mengandung tjita² supaja semua anak lakinja mendjadi perwira2 jang gagab perkasa.

 Salah seorang anak tidak bisa menjesuaikan dirinja dengan tjita2 ajah: tingkah-lakunja terlampau lemah lembut, pula tubuhnja tidak seberapa kuat, sehingga ia tidak akan mendjadi seorang perwira jang baik.

 Kita dapat mengerti. bahwa seorang anak sebagai ini gampang mendjadi „kambing hitam" dalam mata ajaħnja. Anak ini berbeda dari ajahnja dan tidak akan dapat memenuhi keinginan ajahnja. Anak ini selalu akan membangkitkan perasaan kesal dalam diri ajahnja.

 Dalam sesuatu masjarakat pergaulan jang lebih besar, misalnja dalam masjarakat desa, kita lihat semangat gotongrojong sangat besarnja. Sawah dikerdjakan ber-sama2, hasilnjapun sama2 dipungut. Bila ada orang jang susah dalam desa itu, seluruh masjarakat desa turut berkabung. bila ada kegembiraan, misalnja pesta perkawinan, seluruh desa ramai merajakannja. Se-olah2 semua orang dalam desa itu bersama-sama merasa, bekerdja, bertingkahlaku.

 Andaikata sekali peristiwa datanglah seorang baru dalam desa itu, jang menjimpang alam pikirannja dari alam pikiran masjarakat desa itu. Orang baru itu tidak bersikap golongrojong, ia hidup untuk kepentingan dirinja sendiri, maklumlah ia berasal dari kota besar jang kurang mengutamakan semangat gotongrojong ini. Dalam waktu singkat akan kita lihat orang sebagai ini telah mendjadi „kambing hitam” bagi masjarakat desa itu.

 Bila kita sendiri diam datam desa itu, kita akan mendengar pelbagai desas-desus jang mem-burukkan nama si pendatang itu. Gedjala sipendatang jang mendjadi „kambing hitam" dalam sesuatu lingkungan pergaulan jang ketji dan kompak, seperti sesuatu masjarakat desa, adalah sesuatu gedjala mutlak, jang lazim tampak di-mana². Pengarang bangsa Eropah mentjeriterakan keadaan jang menondjol dalam alam pergaulan mereka disana.

 Dalam bukunja Diening in Drenthe" (1951) Prakke bertjeritera:

 „Atjapkali terdjadi pertentangan hebat, sebagaimana tampak 30 tahun jang lalu di Drogteropslagen, kotapradja Zuidwolde. Pada hari penghabisan tahun para pemuda disitu membongkar rumah seorang petani pendatang. Dua orang anggauta polisi telah diberitahukan dan telah ada dalam rumah itu, tetapi pemuda2 itu seratus orang banjaknja dan sedikitpun tidak takut kepada alat negara jang bersendjata itu. Mereka melepaskan atap2 rumah dan melemparkannja kebawah. Dalam perkelahian jang terdjadi sesudah itu antara polisi dan pemuda2 ini, salah seorang anggauta polisi itu di-indjak2 dan kakinja tertembak, sehingga ia mendapat luka2. Apakah salah seorang mendatanya itu ? Petani ini ,,angkuh": anak perempuannja disuruhnja beladjar