Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/126

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

kita alami dalam alam sekitar kita, kita tidak bersifat netral. Atjapkali sekali setjara tidak sadar, kita turut mengambil bagian, kita berdiri pada sesuatu bagian tertentu.

 Sesuatu ketjenderungan lain, jang djuga tampak dalam eksperimen Allport dan Postman itu, adalah ketjenderungan untuk mengadakan asimilasi, ialah ketjenderungan untuk menjesesuaikan apa Jang dilihat itu dalam struktur emosionil dan intelektuil jang terdapat pada pribadi jang bersangkutan.

 Sesuatu tjontoh jang konkrit tentang ketjenderungan asimilasi:

 Bagi seseorang anak ketjil, jang tidak mengenal harimau, seekor harimau jang dilihatnja dalam buku gambarnja, adalah seekor kutjing jang djinak, jang hendak di-usap2nja bila kutjing itu benar2 hidup.

 Anak ketjil sebagai ini masih hidup dalam sesuatu alam sekitar jang sangat konkrit, jang penuh dengan perasaan2nja : ada jang enak, ada jang tidak enak, ada jang nakal, ada jang manis, dsbnja. Dunia perasaan memegang peranan penting dalam tingkah laku dan sikap anak itu se-hari2. Struktur emosionil dan intelektuilnja tidak seperti apa jang pada umumnja tampak pada orang dewasa.

 Djuga pada orang dewasa kita lihat perbagai matjam ketjenderungan asimilasi.

 Pada umumnja ketjenderungan ini besar pada orang dewasa jang kurang pengetahuannya dan tidak seberapa tinggi taraf ketjenderungannja. Orang dewasa sebagai ini kurang dapat melihat kenjataan dalam segi2nja, jang tepat, dengan kata lain mereka kurang dapat mengambil distansi jang lajak dari alam sekitarnja dan dirinja sendiri. Atjapkali mereka mengatjaukan apa Jang termasuk kenjataan dan apa jang adalah hasil fantasinja.

 Djuga orang dewasa, jang sangat dipengaruhi oleh perasaan2nja (jang bersifat emosionil) sering memperlihatkan ketjenderungan sebagai ini. Perasaan2nja memegang peranan sedemikian rupa, sehingga atjapkali mereka mengeruhkan pemandangannja jang objektip. Banjak wanita2 kita memperlihatkan sifat sedemikian.

 Pada umumnja dapat kita katakan, bahwa tiap2 ketjenderungan asimilasi ini mempunjai sesuatu segi emosionil. Sebab perasaan2 kita turut memegang peranan, Mak pemandangan kita tidak objektip. Ada ketjenderungan asimilasi jang memperlihatkan segi emosionil jang besar, ada pula jang menampakkan segi emosionil jang tidak seberapa besarnja.

 Asimilasi jang kurang bersifat emosionil misalnja, kita lihat Djuga atjapkali benar dalam pergaulan kita se-hari2.

 Andaikata kita ber-djalan2 didaerah Menteng : tiba2 tampaklah sebuah mobil Bell Air keluaran terachir, serba modern dengan seorang wanita jang tampak didalamnya. Mobil seperti ini djarang2 sekali kelihatan. Kita sangat tertarik kepadanja, tetapi Djuga kepala wanita jang duduk didalamnja. Mungkin kita pikir ketika itu : wanita ini tak dapat tiada adalah seorang wanita jang Kaja. Kalau ia tidak Kaja, tidak mungkin ia duduk dalam mobil sebagus itu.

 Mungkin wanita itu sebenarnja tidak seberapa Kaja, sebab hanja seorang sekretaresse dari pemilik mobil itu.

 Dalam hal ini kita telah meng-asosiasi sebuah mobil bagus dengan kekajaan wanita, jang duduk didalamnja. Apakah sebabnja kita mengadakan asosiasi sedemikian? Sebab benda2 jang bagus pada umumnja kita hubungkan dengan kekajaan kita. Kita tidak suka berpusing kepala terlampau banjak mengenai hal2 Jang kurang mengandung arti bagi kita. Mobil dan wanitanja tidak begitu berarti bagi kita, se-