Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/127

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

hingga kita akan memikirkannja se-dalam²nja. Dalam hal meng-kombinasi apa jang kita lihat itu, kita mengadakan penjederhanaan.

 Lain hal misalnja, dengan seorang detektip jang harus mentjari sebuah mobil Beli Air buatan terachir, jang ditjuri orang. Bila detektip itu kebetulan pula melihat mobil dan wanita itu, mungkin sekali ia berusaha untuk mengetahui setjara lebih mendalam siapakah wanita itu. Mobil dan wanita mengandung arti jang penting bagi si detektip.

 Sesuatu tjontoh lain tentang asimilasi jang kurang bersifat emosionil: bila kita melihat seorang Tionghoa, mungkin kita fikir orang ini adalah seorang saudagar. Sebab banjak orang Tionghoa berdagang, maka kita memperlihatkan ketjenderungan untuk mengetjap tiap² orang Tionghoa jang kita lihat, sebagai seorang saudagar. Djuga dalam hal ini tampak penjederhanaan dalam mengkombinasi apa jang kita lihat.

 Demikiantah djuga kita menamakan orang Eropah kolonial, orang Amerika kaja, dsb.nja,

 Dalam menentukan sikap kita terhadap apa jang kita dijumpai dalam masjarakat pergaulan kita, atjapkali benar kita dipengaruhi oleh keadaan² seperti ini: kita mempunjai klise² tertentu, jang menetapkan sikap kita se-hari² itu. Djika tidak ada klise² sebagai ini, penghidupan kita akan sangat berseluk-beluk, kita akan menemui persoalan² jang bukan² dalam pergaulan se-hari². Chusus karena ada klise² sebagai ini, kita hanja memikirkan apa jang benar penting bagi kita, walaupun dalam hal inipun kita sering mempergunakan penjederhanaan². Dalam misal anak dan gambar harimau tadi, tampaklah djuga sematjam ponjederhanaan: bagi anak jang tidak mengenal harimau, gumbar harimau adalah gambar seekor kutjing.

 Dalam menentukan sifatnya ketjenderungan asimilasi seseorang, ber-matjam² faktor memegang peranan, misalnja: struktur kepribadiannja, taraf inteligensi, arah-minat, pengalamannja, tetapi djuga suasana alam sekitar pada sesuatu ketika. Pada hakekatnja faktor² ini saling pengaruh-mempengaruhi dan tidak dapat kita pisah²kan setjara tegas. Kita dapat mengerti, bahwa seseorang jang pernah mengalami hal² jang kurang enak dari orang Tionghoa, tidak akan memperlihatkan ketjenderungan asimilasi jang baik bila melihat gambar orang Tionghoa, misalnja.

 Suasana alam sekitar pada sesuatu ketika djuga memegang peranan penting sekali. Bila seorang pemimpin misalnja tidak disukai, banjaklah desas-desus jang berhubung dengan asimilasi² buruk disebar-sebarkan tentangnja. Terutama dalam keadaan genting, dimana pengaruh perasaan dan emosi sangat berarti, mendengarlah kita matjam² desas-desus dan asimilasi² jang berhubung dengannja. Dalam hubungan ini sesuatu faktor penting pula, ialah faktor harapan, atjapkali memegang peranan jang tidak ketjil.

 Menurut tjeritera² orang² tawanan perang Djepang, sering diantara mereka tersiar desas-desus tentang serangan² hebat dan mendadak dari pihak Amerika. Orang² ini hidup dalam sesuatu keadaan genting, tetapi jang masih penuh mengandung harapan: sekali kelak akan dibebaskan. Desas-desus jang disebarkan itu ternjata pada umumnja tidak berdasar sesuatu kenjataan samasekali.

 Tjaranja tiap² orang menjebarkan desas-desus itu atjapkali sangat bermatjam-matjam. Hal ini berhubung erat sekal: dengan struktur kepribadian masing orang. Dalam hal ini kita tidak akan mendjumpai dua orang jang sama: pandangan si A berlainan dari pandangan si B, walaupun keduanja diam dalam alam sekitar jang sama. Patutlah kita bersifat hati² sekali dalam memberi tafsiran kepada sesuatu desas-desus jang kita tangkap dari mulut seseorang. Adakah desas-desus ini berdasar