Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/125

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

sekat tjoraknja: pasukan kita kalah, musuh telah dekat sekali, dsb.nja. Desas desus terachir ini mungkin meningkat sedemikian rupa, sehingga pemerintah mengambil tindakan² tegas: siapa jang menjiarkan kabar² angin, jang dapat membahajakan negara dikenakan hukuman berat, misalnja.

Desas-desus ini memegang perawan penting sckak dalam pergaulan kita se-hari².

BEBERAPA EKSPERIMEN

Allport dan Postman, dalam bukunja „The Psychology of Rumor” (1948), mentjeriterakan eksperimen jang mereka lakukan untuk mempeladjari setjara mendalam sifat² desas-desus.

Enam orang mahasiswanja disuruh keluar sebentar dari ruangan kuliah. Mereka menerima tugas untuk mendengar dengap saksama apa jang akan dideagarnja sekembalinja keruangan kuliah. Kemudian mereka akan mengulang se-teliti²nja apa jang akan didengarnja itu.

Bila keenam orang itu telah keluar, diperlihatkan sebuah gambar dengan alat projeksi diatas sebuah lajar putih. Seorang penonton ditugaskan mentjeriterakan apa jang dilihatnja kepada hadirin dalam ruangan itu. Ia harus menjebut kira² 20 sifat pada gambar jang dilihatnja itu. Kemudian salah seorang diantara enam orang mahasiswa tadi, dipanggil masuk dan dipersilahkan duduk dibelakang sebuah tirai, sehingga ia tidak dapat melihat gambar alat projeksi itu. Salah seorang penonton jang melihat gambar itu, mentjeriterakan kepada si mahasiswa apa jang tampak pada lajar putih. Mahasiswa kedua kemudian dipanggil dan mendengar dari mahasiswa pertama apa jang dipertontonkan. Kemudian mahasiswa ketiga ditugaskan mendengar tjeritera mahasiswa kedua ini, dan seterusnja. Tiap² orang jang dikeluarkan dari ruangan kuliah itu menerima tugas mendengar tjeritera lajar putih itu dan mengulangnja pula.

Apa jang terdjadi dengan tjeritera layar putih ini selama proses mendengar dan ulang-mengulang sebagai ini?

Tampaklah, bahwa tjeritera seperti jang ditjeriterakan oleh sipenonton tadi, semakin lama semakin mendjadi singkat. Banjak bagian²nja jang ditiadakan oleh orang² jang mendengar tjeritera itu, terutama nama² manusia dan kota². Tjeritera jang asli memperlihatkan ketjenderupgan men-dangkal (vervlakken). Nama² jang di-ingat hanja nama² jang mengandung sesuatu arti kepada pendengar jang mendengarnja. (Bila eksperimen sebagai ini kemudian dilakukan dengan para pradjurit Amerika Serikat, jang pernah berdjuang dj Perantjis selama perang dunia kedua, njatalah bahwa nama² tempat jang mengandung sedjarah, misalnja Cherbourg, Paris, pada umumnja tidak dilupakannja). Tampaklah, bahwa ketjenderungan mendangkal ini terutama berlaku terhadap bagian² tjeritera jang kurang berarti kepada sipendengar.

Disamping ketjenderungan men-dangkal, tampaklah pula ketjenderungan untuk menitik-berat (melebih-lebihkan, accentuering) sesuatu sifat jang dilihat atau didengar. Kita prada umumnja memperlihatkan sesuatu ketjenderungan untuk (setjara tidak sengadja, tidak sadar) mengadakan pilihan bila kita mendengar, melihat atau mengingat sesuatu apa². Jang kita tangkap, pada umumnja hanjalah apa jang mengandung arti kepada kita. Apa jang mengandung arti ini sangat² kita menekannja.

Dalam hubungan ini kiranja dapat kita mengerti apakah sebabnja sesuatu berita jang sama mengalami peajadjian ber-matjam² oleh berbagai surat-kabar. Kita dapat memahami pertentangan² reaksi pelbagai² surat-kabar di Rusia dan di-negara² Barat bila Stalin meninggal dunia. Dalam ber-bagai sikap kita terbudap apa jang