Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/120

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

ahli nudjum jang paling bodohpun akan meramalkan, bahwa gadis itu begitu besar tjintanja sehingga tak tahu waktu dan dirinja sendiri.

——Perempuan matjam itu, demi Allah. Kudengar suatu pagi jang lain se-orang² setengah umur pendjaga kantor gadai itu berkata seperti menjumpah, ketika ia kepergok mahluk² itu.

——Aku sadja setuabangka ini barangkali tak hendak sama dia.

Barangkali orangtua ini ingin mempengaruhi dan memberi bumbu pada pikiranku. Tapi aku jang semula tak ikut tjampur pada peristiwa itu lakkurang hormat memberi djawaban dengan beberapakali anggukan dan sedikit senjum.

——Memangnja kalau sama2 tjintanja ? Seorang opas lebih muda dari pendjaga itu tjampur mulut. Tapi rupanja pendjaga itu lebih suka ia diam daripada memberi komentar jang menurut pikirannja termasuk akal itu. Lalu tukasnja lagi:

——Demi Allah aku berani bertaruh, laki2 itu tak lebih dari seorang jang seluruh hidupnja paling menggoda perempuan² dan memberi senjum palsu atau lebih dari itu. Dan ketika perempuan jang dipertjakapkan itu liwat dibelakangnja, dari angin jang dikebutkan sepedanja ia merasai sesuatu.


——Kau rasai itu, kau pernah tahu bau kambing? Kupikir laki{2}} itu karena terpaksa mau meniduri sebentar selama nafsunja ada dan begitu sadja ia tak kan ingat lagi.


Mendengar diskusi ini aku tjuma bisa senjum geli. Mungkin orang2 ini sudah pernah mengalami pengalaman jang dianggap sama dengan apa jang ia lihat. Ini tidak mengherankan, karena kedjengkelan2 itu terbit dari perasaan djemu dari pemandangan jang tak ber-obah2 tiap pagi. Tapi bagiku pemandangan itu tetap menarik seolah tiap kedjadian itu selalu baru. Aku setia mengikuti terus sampai beberapa bulan. Ialah sampai deras2nja hudjan bulan Djanuari. Dari hari kehari, bulan kebulan kelakuan jang diperbuat kedua mahluk Tuhan itu tak berobah. Bagi pendjaga kantor gadai dan opas muda hal itu mungkin mendjengkelkan.


Templat:TABTiap pagi mata mereka mesti membentur pemandangan jang begitu2 sadja, seolah mereka diberi makanan mata jang kusus selama djadi pegawai negeri. Tapi barangkali Tuhan adil untuk tidak mendjadikan siksaan mata mahluknja terus2an.Dan sesuai dengan dalil Kurän jang mengatakan, bahwa tiap jang baru didunia ini adalah fana. Sebagaimana perobahan musim dan warna, djuga mahluk² didunia ini. Hal ini tentu tak terketjuali bagi dua mahluk sesama kita diatas ini. Sekalipun mula² memang orang takperlu menganggap hal jang mengherankan, tetapi hal ini tak mungkin. Sebab kemungkinan2 apapun didunia ini sekalipun jang paling gandjil akan djuga terdjadi. Dari perobahan tiap detik. Dari jang mula2 ketjil mendjadi besar dan achirnja berganti samasekali. Dari adanja perobAhan tentu membawa sesuatu akibat. Besar ketjil akibat itu tergantung hal2 jang menjebabkannja.


Templat:TABSihitam-pendek, gadis itu dalam bulan2 hudjan makin tampak pula perobahannja. Tentu sadja aku mula² tak ingat dalil2 Kurän itu. Aku tjuma melihat tubuh jang pendek hitam itu makin hari makin kelihatan bulat. Hal ini lebih njata dari batas2 kelangsingan tubuh jang tak ditentukan lagi oleh garis, terlebih dibagian belakang badannja. Perobahan ini bukan terbatas · disitu sadja, tapi mukanja jang makin hari makin putjat, scrupa buah kintja tua jang banjak mengandung kapur. Ia tetap dengan setianja melompat dari sepedanja tiap pagi dan mendjengukkan kepalanja hampir 90 deradjat kedalam djendela sempit, lalu mengutjapkan sesuatu dengan mulutnja jang hitam. Tapi senjumnja begitu berat dan dipaksakan. Terbajang dimuka jang putjat itu kemungkinan2 jang tak diharapkan. Djauh diharapkan. Dan laki2 bertjelana biru tua itu meringis seperti biasanja dimuka djendela dan menjebut sesuatu dari kerongkongannja. Gadis itu mengajuh sepedanja begitu sengsara dan kelihatan beban berat dalam tubuhnja. Laki² itu meringis gatal dari matanja jang hampir membajangkan