Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/119

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

ikut dalam lelakon ini. Orang lain akan melihat, bahwa ini hanja pertjaturan rakjat biasa.

Sihitam-pendek ini adalah seorang gadis. Betul gadis sebagaimana jang kulihat sedjenisnja. Aku sebut dia sihitam-pendek bukanlah ini berarti suatu bentuk atau warna buruk, sekalipun tinggi badannja lebih sedikit semeter, tapi imbangan badan sedjak dari pundak kebawah boleh dikatakan serasi. Hunja kepalanjalah jang paling gandjil. Ia menjerupai sebuah tempurung atau batok kelapa muda dan sedikit gepeng dengan rambut jang tak selebat bulu kepala anak kutjing.

Rambut itu diikat seutas pita merah. Merah selalu, seolah tak pernah diganti dan sedikit mengkilap kena minjak-kelapa rambutnja. Kulitnja hitam, takbisa dikatakan hitam manis. Karena kulit itu diluar komposisi segala jang indah bagi pertumbuhan kulit gadis. Ia lebih mirip dari hitam kulit pala jang kering.

Aku tak kuasa melukiskan anggauta² kepala itu lainnja dan tidaklah berlebih dan berkurang kalau menurut ukuran muka Indonesia ia termasuk abad 18 jang dipermodern. Tapi dari tingkahlaku dan gerak-geriknja ia termasuk gadis kebanjakan jang miskin dan datang dari luar kota dan djarang bergaul.

Rok merah dan kulit hitam dengan blus kuning tua sudah djadi ukuran jang tak sedap dipandang mata, meski betapa ia me-matut² antara hidung² orang banjak. Memang kebanjakan lirikan orang jang dilemparkan kegadis ini hanja lirikan jang mengandung kasihan. Sekali mereka tidak iri atau bentji.

Ia bersepeda tiap pagi dan siang, mungkin djuga sore dari djarak jang tidak dekat. Ini terlihat dari keringat jang meleleh dikening dan lehernja dipagi dingin. Sekalipun begitu pada mukanja tetap membajangkan kegembiraan kanak² jang belum tjukup mengetjap kehidupan. Memang begitulah. Aku berani bertaruh ia tak lebih dari 16 -- 17 tahun. Tapi mukanja kelihatan kuat dan ramah. Aku berpikir, barangkali ia gadis SMP. kl. II jang paling tahan mendapat marah gurunja atau kalau dirumah ia suka membohongi ibunja djika ia ingin keluar. Ini semua Tuhan jang membuat. Baik bentuk, rupa dan kebengalannja. Bukankah ia tjuma penerima sebagai mahluk dari jang Mahakuasa ?

Mesti, mesti boleh dipastikan, tiga menit sebelum pukul tudjuh atau lebih beberapa detik, gadis itu sudah melompat dari atas sepedanja lalu kepalanja jang gepeng itu mendjenguk hampir sembilan puluh deradjat kedalam djendela sempit kantor gadai sebelah. Dan dapat dipastikan mulutnja jang hitam itu mengutjapkan sesuatu. Mungkin „selamat pagi” kepada seseorang didalam. Kemudian boleh dipastikan pula orang didalam itu muntjul dan berdiri diluar djendela. Ia berkata sesuatu kemudian mereka berpisah.

Orang jang berdiri itu laki² muda jang termasuk paling tahan melihat segala bentuk rupa didunia ini. Sekalipun jang paling bengal dan buruk. Orang itu memakai kemedja kotak² seperti umumnja anak² Indonesia zaman Atom, bertjelana biru tua dari drill bambu potongan sempit jang dilongsorkan kebawah. Hingga garis² kaki dan pantainja tampak begitu menjolok. Rambut kasarnja dilontarkan kesamping dan dibelah tengah tapi tak teratur. Kelihatannja seperti pegawai jang baru sadja melamar kerdja.

Lagi sepandjang jang kulihat lebih sering ia memakai pakaian jang itu² djuga. Ia meringis kepada gadis itu sebelum mengutjapkan sesuatu. Begitu pula hendak berpisah.

Dalam hal ini aku takbisa berpikir lebih dari kedua mahluk Tuhan itu adalah melakukan tugas kemudaannja sebagaimana mahluk² muda jang lain. Ini garis besarnja. Tapi aku belum jakin kebenaran pikiranku ini. Selain itu ada beberapa alasan memberatkan, benarkah mereka melakukan sesuatu jang bersih ? Sekalipun begitu