Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/118

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

mengusap rambutnja jang berminjak dan pandjang itu kebelakang dengan hati2. Seolah rambut itu selalu dilekati noda tiap detik. Tapi karena rambut itu kaku, tiap kali ia kembali mengendur kemuka lalu disapunja lagi. Begitu seterusnja. Kalau sadja warna rambut itu bukan bikinan Tuhan barangkali sudah luntur dulu².

Beberapa anak sekolah ber-bondong2 dari sana. Boleh dipastikan berempat, bertiga atau berdua atau sendiri sadj Mereka djalan berdujun dengan kawan karibnja masing2. Mereka bisik2 dengan kemajunja atau diam. Hampir dari mereka gadis2 ini djarang jang meleng atau me-lompat2 seperti mereka anak laki2 jang biasa ber-suit2 dengan mulutnja.

Seorang anak laki2 jang barangkali satu²nja dari kelompok itu paling nakal. Sedjak dari djauh sana ia berlari dan menempelengi tiap kepala temannja jang djalan duluan sambil ketawa tjekakakan bila ia lihat temannja itu terkedjut dan menjumpah2. Seorang teman mengedjarnja lalu balas menempelenginja. Tapi ia terus ketawa. Seolah ia sudah puas melakukan kesenangannja jang gandjil pagi itu. Atau tiapkali ia mendekatkan mulutnja dari belakang telinga gadis2 sambil memperdengarkan suaranja jang paling keras untuk bisa diharapkan ngiangnja dan terkedjut. Tapi temannja gadis2 jang djadi korbannja ini tak dapat mengedjarnja seperti anak laki2. Mereka tjuma melototkan matanja sambil menjumpah ketjil jang hampir tak terdengar.

Dua orang gadis dari gerombolan paling belakang aku kenal. Jang memang sudah djadi langganan mataku tiap pagi. Dari sekali lihat, kedua kali dan ketiga kali, kedua gadis itu memberi kewadjiban padaku untuk tiap pagi mengutjapkan Selamat pagi dan sedikit senjum.

Keduanja mungkin dari sekolah kepandaian puteri, mungkin dari kelas tertinggi. Tapi antara satu dan jang lain saling mentjurigai. Seolah aku termasuk atjara angan2nja jang indah. Seorang, berambut pendek, perawakan semu, kulit kuning dan mata sipit. Memamerkan lebih banjak vitamin dari tubuhnja jang montok segar. Ia berdjalan menjeripit dengan gaja aseli jang mengandung selera seks. Pada waktunja ia lalu dimukaku selalu mendahului mengutjap ,,selamat pagi", meski dari djarak beberapa meter sebelumnja ia seperti tak melihat aku karena asjiknja bitjara dengan temannja.

Jang seorang lagi djangkung dalam ukuran gadis Indonesia jang menarik. Berkulit hitam manis berambut didjalin pandjang hampir mentjapai pantat. Ia biasa memakai rok batik dengan blus putih bersih. Lebih banjak mengandung selera dari pada misalnja ia memakai blus merah atau rok hidjuu daun. Ia berdjalan dalam gaja anak Djawa aseli dan kelap-kelip matanja selalu ber-tanja2. Ia lebih banjak memperlihatkan kesungguhan daripada hal jang bersifat tjanda atau memang ia tjalon pemimpin sosial atau gerakan kaum wanita progresif. Tapi tiap kali ia memberikan ,,selamat pagi jang iklas dan ramah, disertai lambaian tangan.

Dari keduanja aku djadi terikat. Aku takut mereka akan ketjewa djika aku tak ada disana, meski aku bukan manusia jang tergolong bermata hitam. Mereka akan ketjewa bila apa2 jang direntjanakan sebelum berdjalan akan tak kulihat. Perkenalan matjam ini memang sulit bisa dipastikan sebagaimana jang diharapkan. Tapi aku tak ada alasan untuk berpikir sampai begitu djauh.

Dari sekian banjak pemandangan dan kedjadian dunia pagi itu aku aku bisa melengahkan pemandangan jang chusus, jang menurut anggapanku perlu ditjatat. Ialah tentang sihitam-pendek jang paling menarik perhatianku tiap pagi. Aku belum merasa puas tegak disitu sebelum melihat sihitam pendek itu. Memang kebetulan pemandangan ini djatuh paling achir, ialah tiga menit sebelum djam kerdja dimulai. Dan aku akan tinggalkan perhatianku jang lain bila waktunja ia datang. Barangkali tak ada orang lain jang tahu pemandangan ini selain aku dan beberapa orang jang