Lompat ke isi

Halaman:Horison 01 1970.pdf/8

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini belum diuji baca

Onder, itu lho Prendjak sudah mu- lai melirik kamu! - Ah, bukan sama saja tapi sama kan djeng. Masa onder-nja dulu! Dan kandjeng bupati tertawa terkekeh- kekeh, sangat menghargai basa-basi klise dari ondernja itu. - Baiklah nanti kalau sudah mulai menujub, dari saja sampur akan saja lem par kepada wedana dan dari wedana ke- pada kau onder! Awas kalau kau tidak berani terus menjelesaikan. Ini perintah van de kandjeng en van de, eh het, eh de..., jarige lho. Heh, heh, heh, heh. Dan njonja Surjo jang hanja mengeta hui pertjakapan ini seminggu kemudian dari suaminja, malam itu itba-tiba sadja melihat suaminja telah berputar-putar de ogan asjikoja menajub dengan si Pren- djak. Tji u gambar manuk, are p melu ога entuk. Ha- e, ha - e, hhaa aaa-e!" Begitu- lah potongan2 njanjian jang terngiang di telinga njonja Surjo. Dia melihat bagai- mana suaminja makin lama makin asjik menajub diiringi tepukan tangan para ha- dirin. Tjup, tjup, tjup, tjuuuuuup. Dan untuk pertama kalinja selama njonja Surjo mendjadi njonja Surjo, dia melihat suami nja mentjium pipi seorang ledek didepan orang banjak. Sebagai seorang isteri pri- jaji sedjati tentulah njonja Surjo harus bisa menjembunjikan apa jang terasa di- dalam hatinja. Dengan tenangnja dia terus melempar kartu2nja kemedja, seakan-akan apa jang terdjadi ditengah pendopo itu adalah sesuatu jang sudah routint baginja. Dan pada waktu suaminja diiringi sora- kan tamu mulai menjeret Prendjak ke- belakang kekamar jang sudah tersedia, ajooja Surjo dengan tenangnja tetap terus bermain karlu sampai selesai. Waktu itu djam telah menundjukkan mendjelang djam tiga pagi. Dengan tenang dan pe- ouh basa-basi seperti biasanja njonja Surjo mohon diri dari njonja bupati dan sendirian didalam dokarnja diantar pu- lang oleh Sarpan. Djuga waktu sampai di onderan pada djam lima pagi tidak lupa diperintahkannja Sarpan untuk kembali ke-kandjengan mendjemput tuan Surjo bila tuan Surjo telah selesai dan siap un- tuk pulang. Waktu pagi mulai merekah, ajam-hutan dikandang belakang rumah mulai berkokok dan anak-anakoja mulai ribut minta pasi-goreng kepada Inem, njo nja Surjo masih menggeletak ditempat tidumnja. Kepalanja terasa pening, dada- oja sesak dan bantalnja basah. Apa benar jang mendorong suaminja menajub lebih dari biasanja, pikir njonja Surjo. Begitu berlebih-lebihan sampai-sampai pada pe- narikan Prendjak kedalam kamar. Begitu inginkah suaminja menjenangkan wedana dan kandjeng, agar promosi mendjadi we- depan Bawuk dana lekas mendjadi kenjataan dan de- ngan begitu kesempatan untuk mentjarikan beurs buat anak2nja kenegeri Belanda mendjadi lebih besar lagi? Suaminja be- gitu sering membitjarakan bari anak nja achir-achir itu. Waktu pelan2 masuk kedalam kamar, njonja Sur jo buru memedjamkan matanja, Mammie sakit ja? Kok djam begini belum keluar kamar? - Njonja Surjo menggeliat. Mammie tjapek, Wuk. baru pulang. Djam tiga Lho, - Pantas putjat betul Mammie. kok matanja merah semua. Kurang tidur ja mammie? Njonja Surjo tjuma mengangguk. - Biar Inem kotjok telor mentah sama mritja sama madu ja? Njonja Surjo mengangguk. - Mammie Sama kopi hitam djuga? kalau tjapek suka betul dibikinkan itu se mua. - Betul, Wuk. Lekas 'dah mintakan itu semua sama Inem, - Pappie masih di kandjengan kesukan sama oom wedana ? Sebentar lagi 'kan pulang. Dan waktu Bawuk pergi kebelakang, memang segera terdengar derap kuda del man masuk kedalam halaman rumah. Kokok, ajam hutan didalam kandang ter- dengar menjambut. Tapi kemudian djuga terdengar te ngiang: t tjiu gambar manuk arep melu tuk hhaaaaaaaaa-eeeee 174460m 4 ога е д- kepala tjup-tjup-tjup-tjuuuuuup, Seketika njonja Surjo terasa pening lagi dan mata- nja terasa basah lagi. Tidak lama kemu- dian terdengar derap suaminja jang diba- rengi dengan derak-derak tongkatoja me- mukul lantai. - paloja. Paan Ajo lekas kudanja diganti ta Masa kuda onderan larinja pintjang kaja anak kampung kudisan. Roda-roda dokar djuga diminjaki! Su-> aranja keriat-keriut kaja gerobak desa. Dan dari kedjauhan Sarpan mendjawab ketakutan, - I ng g i i ih. Kembali derap selopnja terdengar. Dan suara bising anak-anaknja tiba2 sadja dja di lenjap. - Neem Ineeem! Dalem, ndoro ! Ajo, si Manis disirami! Biasanja ko koknja njaring, kali ini kok kaja tersum- bat kodok tenggorokannja. Masa ajam onderan suaranja kaja bangau sawah. 1 Inggiiiiih.

Njonja Surjo ingat baru kemarin si Manis di-elus dengan air, dan lebernja di usap-usap. Tapi njonja Surjo djuga tabu HORISON / 8 dalam keadaan begitu siapakah jang be- rani mengingatkan n d r o -onder. Bawuk Bawa apa itu ! - Ssssttt! Pappie djangan keras-keras. Mammie sakiiit. - - Heh? Sakit ? - Tjapek. Pusing. Putjat. Dimana mammie-mu? Dikamar ? Bawa kopi Ja. Tolonglah pappie. panas sama telor kotjok ini buat mammie ja? Tolong bilang sama mammie, ini se- mua Bawuk lbo jang bikin. - Baik, baik, Dan waktu langkah kaki tuan Surjo ter dengar terdjingkat-djingkat, lirih tidak lagi keras, serta keriut pintu kamar djuga ter- dengar lemah didorong suaminja, njonja Surjo tahu tanpa kata itulah tjara suami- nja menjesal dan meminta maaf. - Mam. Mam. Tjapek? Kurang enak badanmu ? Lai lho Bawuk bikin kopi panas dan telor kotjok. tabu Dengan tersenjum lemah njonja Surjo menerima kopi dan telor kotjok itu. Matanja tidak terasa basah lagi. Njonja Surjo melipat-lipat surat Bawuk jang pendek itu. Kenapakah pada sendja itu, pada waktu dia mentjoba mengenang anaknja jang bungsu itu djustru masa ka nak²nja jang paling djelas terkenang ? Mungkin karena masa itu adalah masa di mana dia paling merasa memiliki anak*- aja itu. Masa dimana dia sebagai ibu pa- ling dapat mengenal watak dan pemba- waan anak2nja dalam bentuknja jang pa- ling dasar dan polos. Dan dalam saat se perti sendja itu, dimana anakoja jang pa- ling bungsu tiba2 sadja muntjul dari tem- pat persembunjiannja dan memberi akan menjerabkan tjutju"nja, nalurinja se bagai ibu jang merasakan satu bahaja se. dang mengantjam salah satu milikoja jang paling berharga, tergugah. Dalam keadaan seperti itu terasalah suatu ketjenderungan jang keras untuk mengendapkan serta me resapkan segala jang manis dan menje- nangkan dari miliknja itu. Seakan-akan nalurinja tiba2 sadja berdegup memberi tahunja bahwa milikaja itu akan merutjut dari djangkauannja. Djangkauan jang da- lam waktu sepuluh atau lima belas tahun terachir ini terasa betul djauhnja. Njonja Surjo mengambil keputusan bahwa semua anak nja mesti hadir pada waktu Bawuk datang menjerahkan anak2nja itu. Masih ada waktu beberapa hari untuk menda- tangkan mereka semua. Sesaat dia bim- bang. Apakah itu merupakan keputusan jang baik. Apakah itu tidak akan menim- bulkan kekatjauan perasaan dan ketega- gangan hubungan antara anak2 beserta suami dan isteri mereka. Bawuk beserta suaminja meskipun baik terhadap suami