Halaman:Hikajat Soeltan Taboerat 03.pdf/351

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

1417

diboenoenja sepaja memberi maloe atas dirikoe, den kedoewa anaknja baginda Soeltan sendir di tjoerinja sepaja akoe ini boleh terkena hoekoem oleh Soeltan, maka dada zaman itoe seorang poon tida ada jang berani menantang moe kanja, dari pada laki laki atawa perempoean, hina dina toewa moeda ketjil besar semoewanja mendjadi takoet kepadanja, den serta menoeroetken apa djoega barang bitjaranja, maka djadi semoewanja poen mendjadi sangat bertambah tambah takoetnja segala isi negri itoe kepada mantrinja, maka hingga mendjadi lebih lebih takoetnja kepada mantrinja dari pada radjanja.

Adapoen maka satelah baginda soeltan poen sampelah kedalem peradoewan itoe, maka laloe di lihatnja permaisoerinja lagi sedang meratap dengan tangisnja, maka sebentar bentar dengan pangsan ija tida chabarker dirinja.

Maka pada masa itoe habislah segala dajang dajang itoe menangis, maka djadi terlaloe amat sekali rijoe randa soewaranja dalem peradoewan itoe. hingga soewaranja orang jang menangis itoe sebagi ombak mengaloen barat.

Kata permaisoeri, wai anakoe toewan: boewa hati boenda jang sebagi bidji mata boenda jang hitam, wai anakoe, poetri Seri Negara penjoelaeh di dalem negri; wai anakoe toewan: tidalah anakkoe belas melihat boenda ini? makanja toean meninggalken pada boenda ini, adoeh tjahja maligai: marilah toewan poelang malihat iboe, kemanakah garangan toewan pergi? den sama