40
TJERITA ROMAN
Seperti djoega Gwat-iem, Tiong-gie poen ada poenjaken pendirian sendiri jang orang tida bisa bengkoken.
Begitoelah Tiong-gie laloe tinggalken iapoenja kota kelahiran, mengoembara ka laen tempat dan dengen kebetoelan ia bisa dapetken pekerdja'an sebagi opzichter kebon koffie dari onderneming Pasir Mas jang terletak atas pegoenoengan di Preangan jang indah. Tiang-han dan istrinja poen laloe koendjoengin kediamannja Tjong-giok dan bertaoeken hal itoe pembatalan pertoenangan.
„‘Nko Tjong-giok,” kemoedian Tiang-han kata dengen sedih, „kaoe poenja gadis tida ada djodo dengen djedjakakoe. Biarlah ini berarti keberoentoengan bagi kaoe poenja anak . . . . . . . .”
„Ja, apa maoe dikata lagi, 'nko Tiang-han, anakkoe tida ada itoe redjeki boeat djadi kaoe poenja mantoe . . . . . . . .” saoetnja Tjong-giok.
Setelah Tiang-han dan istrinja poelang, Tjonggiok laloe panggil poetrinja.
„Gwat-iem,” katanja itoe ajah, „kaoe soedah denger apa jang 'nko Tiang-han bilang? Dan apa tadi ’nso Tiang-han soedah bilangin kaoe?”
„Ja,” saoetnja Gwat-iem, „'ntjim Tiang-han baroesan poen telah bertaoeken hal itoe pembatalan pertoenangan. . . . . . . .”
