Halaman:Hal Bunyi Dalam Bahasa-Bahasa Indonesia.pdf/94

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

BAB XI.
HAL MENJINGKATKAN KATA.

Dalam ber-bagai² hal kata² disingkatkan. Dalam beberapa bahasa jang tertentu segala matjam kata disingkatkan, dalam bahasa Indonésia jang lain hanja beberapa matjam kata sadjalah jang disingkatkan, misalnja nama diri. Biasanja bunji pada permulaan kata-lah jang dihilangkan, bunji di-tengah² kata djarang dan bunji pada achir kata djarang lagi hilang. Hal itu terdapat di Napu: kata anu dalam bahasa Indonésia purba mendjadi au dalam bahasa di Napu. Bunji² jang dengan tjara jang tak teratur saling menindih, seperti dalam kata ērbubai (dengan resmi mengumumkan perkawinan; ěrděmu bayu) djarang terdapat. Singkatan kata itu terdapat tersendiri, disana sini terdapat dalam banjak hal tetapi tak pernah dengan réntétan menurut hukum, seperti telah tampak dalam singkatan berdasarkan haplologi dalam hal menduakalikan kata (lihat keterangan dibawah nomor 243); tetapi hal itu merupakan gedjala jang luar biasa. Kata lengkap dapat disingkatkan dengan beberapa tjara. Kata anu jang dimaksudkan tadi misalnja bukan sadja disingkatkan mendjadi au tetapi djuga mendjadi u. Ketiga bentuk kata itu terdapat berdampingan dalam téks „Pembentukan dunia" dalam bahasa Napu. Pada halaman 393 terdapat kata²: anu ta-ita (hal jang tampak oléh kita), pada halaman 394: anu maila (machluk jang buas), pada halaman 394: u tuwo (hal jang hidup).

275. Hal menjingkatkan bunji² pada kata dasar dengan tak memandang tjara menjingkatkan itu.

I. Dalam bahasa Atjéh banjaklah kata dasar jang suku katanja jang pertama dibuang, karena suku kata jang terachir ditekankan. Dalam tjerita tentang orang buta jang bidjaksana (lampiran téks van Langen, halaman 109) dalam dua buah kalimat terdapat kata dasar jang disingkatkan berdampingan: ik ur (memandjat pohon kelapa; ik = naik dalam bahasa Indonésia purba dan ur = niur2 dalam bahasa Indonésia purba).

93