Halaman:Hal Bunyi Dalam Bahasa-Bahasa Indonesia.pdf/83

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

an dan achiran dengan bunji sengau dan kemudian bunji sengau itu terdesak oléh bunji jang diulangi dalam kata dasar. Dari kata usir (kata dasar dalam bahasa Djawa kuno) terdjadi bentuk aktif aŋusir atau maŋusir; bunji ŋ dalam kata uŋsir berasal dari awalan atau maŋ itu.

235. Gedjala mengulangi bunji itu terdapat djuga dalam bahasa² Indogerman dan keterangannja adalah sama dengan keterangan jang kami telah berikan tentang bahasa² Indonésia. (lihat antara lain karangan Zauner "Altspanisches Elementarbuch").

236. Gedjala métathese atjapkali terdapat dalam bahasa Indonésia, dalam ber-bagai² bentuk.

237. Paling banjak terdapat tjara métathese seperti berikut :

I. Vokal² dari kedua suku kata dalam kata dasar bertukar tempat. Kata ikur (ékor) dalam bahasa Indonésia purba, bahasa Melaju, dsb. mendjadi ukir dalam idiom² lain dan uhi (= ukir) dalam dialék² di Madagaskar.

II. Konsonan² dari separuh kata jang pertama bertukar tempat. Kata waluh dalam bahasa Djawa kuno, dsb. mendjadi lawo dalam bahasa Bugis.

III. Konsonan² dari separuh kata jang kedua bertukar tempat. Kata ratus dalam bahasa Indonésia purba mendjadi rasut dalam beberapa bahasa.

IV. Kedua konsonan dalam satu kata bertukar tempat. Dalam bahasa Toba terdapat kata purti (= putri dalam bahasa India kuno).

238. Sematjam métathese jang fakultatif dan menarik perhatian terdapat dalam bahasa Tontémboa. Hal itu ditundjukkan dengan tjara seperti berikut. Dalam tjerita tentang seorang perempuan miskin dan tjutjunja (téks Schwarz, hal 110) terdapat kata: sapa ěn ipěsiriq (Apakah sebabnja kami harus menghormati ?). Pada halaman 109 terdapat kata²: sapa im pêsiriq. Dengan djalan métathese ěn ipěsiriq mendjadi in. ěpěsiriq; bunji è pada permulaan kata hilang, dengan begitu terdjadilah in pěsiriq, jang achirnja dengan djalan asimilasi mendjadi im pěsiriq.

239. Gedjala métathese bersifat tentu atau kedua kata, kata jang asli dan jang berubah terdapat berdampingan. Kata par i dalam bahasa Indonésia purba mendjadi pair dalam bahasa Tontémboa, bentuk lain dari kata itu tak terdapat. Dalam bahasa Sunda terdapat kata ayud dan aduy (lunak) berdampingan.

82