mengemukakan, bahwa antara kala medus dalam bahasa Indogerman purba dengan kata Met dalam bahasa Indogerman sekarang tcrdapat kata medus dalam bahasa German purba, kata nieto dalam bahasa Djerman lama, kata met dalam bahasa Djerm an pertengahan sebagai keadaan peralihan. Djalan untuk menentukan keadaan peraiihan itu terbatas dalam penjelidikan bahasa2 Indonesia. Hanja bahasa Djawalah, jang mempunjai tulisan seperti pada djaman jang telah lampau dan tulisan itupun menundjukkan bunji2 jang sama dengan bunji2 dalam bahasa Indonesia purba. Meskipun begitu halnja, dalam penjelidikan bahasa2 Indonesiapun dalam banjak hal dapat ditundjukkan keadaan peralihan itu. Dibawah ini dikemukakan beberapa kemungkinan :
I. Keadaan peralihan dalam bahasa Djawa kuno :
Pangkalan. | Keadaan peralihan. | Keadaan sekarang. |
---|---|---|
Bahasa Indonesia purba | Bah. Djawa kuno. | Bah. Djawa sekarang |
dir2us | dyus | adus (mandi) |
II. Keadaan peralihan dinjatakan dengan tulisan :
Pangkalan. | Keadaan peralihan. | Keadaan sekarang. |
---|---|---|
Bahasa Indonesia purba | Bah. Minangkabau tulisan | Bah. Minangkabau lisan |
selsel | sasal | sasa (menjesal) |
III. Keadaan peralihan terdapat dalam dialek jang berdekatan :
Pangkalan. | Keadaan peralihan. | Keadaan sekarang. |
---|---|---|
Bahasa Indonesia purba | Bah. Tunong-Atjeh | Bah. Atjeh sekarang |
batu | batew | batee (batu). |
IV. Keadaan peralihan dapat ditundjukkan djuga dengan menarik kesimpulan dari bunji pada achir kata. Kalau dalam bahasa Bunku kata wea menggantikan kata bar2a (api batu bara) jang terdapat dalam bahasa Indonesia purba, maka dapat dikemukakan sebagai bentuk peralihan kata waya. (lihat keterangan dibawah nomor 136).
9. Atjapkali diberitakan, bahwa kaum tua berpegang pada bunji jang berlaku pada djaman jang telah lampau, sedang kaum muda mempergunakan bunji lain. Dalam bahasa Kamberi bunji h menggantikan bunji s dalam bahasa Indonesia purba. Kata ahu ialah sama dengan