purba, bahasa Karo, dll. Huruf l jang mengikuti huruf i (e dalam bahasa Indonesia purba) tak berubah. Tetapi djika huruf l itu mengikuti huruf i jang sama dengan huruf i dalam bahasa Indonesia purba, maka huruf l mendjadi huruf d misalnja dalam kata dimi ( = lima dalam bahasa Indonesia purba) : suatu bahasa lagi jang tidak mempunjai huruf pepet, menundjukkan tentang adanja huruf itu dalam bahasa Indonesia purba.
Kesimpulan
Petundjuk2 jang telah dikemukakan dibawah nomor I-V1I jang dapat ditambah lagi dengan petundjuk2 lain dengan tjara jang tak dapat disangkal membuktikan, bahwa dalam sistim bunji bahasa Indonesia purba terdapat vokal pepet.
6. Ber-bagai2 bunji dalam bahasa Djaw a kuno umumnja sama dengan bunji2 dalam bahasa Indonesia purba, jang dapat ditundjukkan dengan djalan membandingkan bahasa2 Indonesia antara sesamanja. Hal2 jang diperoleh dengan djalan mengambil kesimpulan dari suatu hipotese se-mata2, dikuatkan oleh dokumen2 jang objektif. Dalam dua hal keselarasan itu terganggu :
I. Huruf r-2 (uvula, anaktekak) dalam bahasa Indonesia purba tidak berbunji dalam bahasa Djawa kuno. Maka dalam bahasa Djawa kuno terdapat kata atus, (seratus) jang terdjadi dari kata r-2attu dalam bahasa Indonesia purba.
II. Rentetan vokal dalam bahasa Indonesia purba atjapkali disingkatkan dalam bahasa Djawa kuno, misalnja : kata lain jang terdapat dalam bahasa Indonesia purba, bahasa Melaju dll. mendjadi len dalam bahasa Djawa kuno.
7. Seperti halnja tentang bunji2 dalam bahasa2 Indogerman, tentang bunji2 dalam bahasa2 Indonesiapun jang sekarang berlaku tidak selalu dapat ditundjukkan bunji jang sesuai dengan bunji2 itu dalam bahasa Indonesia purba. Banjak bahasa Indonesia mempunjai bunji hamza, tetapi tak dapat saja menentukan bahwa bunji itu terdapat djuga dalam bahasa Indonesia purba.
8. Antara suatu bunji dalam bahasa Indonesia jang sekarang berlaku dengan bunji jang sesuai dengan bunji itu dalam bahasa Indonesia purba atjapkali terdapat keadaan poralihan. Kaum penjelidik bahasa Indogerman dalam banjak hal dapat menentukan keadaan
peralihan itu. Kluge dalam kamusnja etimologi tentang bahasa Djerman
6