Halaman:Hal Bunyi Dalam Bahasa-Bahasa Indonesia.pdf/79

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

dan tumbuh mendjadi satu dengan kata² itu. (lihat keterangan di bawah nomor 209).

218. Artikal dan kataganti penundjuk (demostrativa) jang dimulai dengan bunji k, s dan n atjapkali terdapat dalam bahasa² Indonésia. Begitu djuga halnja tentang kata²-bentuk (formword) jang tak mengandung vokal. ,,Zaakartikel" dalam bahasa Djawa kuno ialah atau ŋ. Personenartikel si dalam bahasa Bontok atjapkali disingkatkan mendjadi s, begitu djuga halnja tentang personenartikal si dalam bahasa Inibalo. Dalam téks Scheerer tentang ,,Kalinas" (hal. 149) dalam dialék bahasa Nabalo misalnja terdapat kalimat: inaspol ko s kapitan (Saja bertemu dengan kaptén).

219. Dalam banjak bahasa Indonésia, terutama dalam bahasa² jang erat bertali dengan bahasa Roti, misalnja dalam bahasa Sawu artikal terdapat belakang kata². Dalam tjerita Pepeka dalam bahasa Sawu ("Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde van Nederland- sch-Indië", 1904 hai. 283) terdapat kata² : la roa ne (dalam lobang itu). Dalam bahasa Roti sekarang artikal a djuga ditempatkan belakang kata².

220. Bahwa dalam bahasa Roti terdapat empat artikal, jaitu k, n, s dan a, hal itu tidak menimbulkan kesukaran; dalam bahasa Bugis terdapat lebih banjak artikal lagi seperti telah ditundjukkan dalam monografi saja dulu.

221. Djadi kami berpendapat, bahwa bahasa Roti pada taraf pertumbuhannja pada djaman jang lampau hanja mempunjai vokal pada achir kata dan sekarang sebagian besar vokal itu berubah mendjadi konsonan dengan tambahan artikal jang tak mengandung vokal. Perubahan semnatjam itu dalam pertumbuhan bahasa tidak mustahil. Seperti telah dikemukakan diatas tadi, dalam bahasa Bima hanja terdapat vokal pada achir kata, tetapi bahasa itu masih memakai beberapa kataganti énklitis (pronomina énklitis) djuga jang tak mengandung vokal. Dalam bahasa Bima terdapat kata anà (= anak dalam bahasa Indonésia purba) dan anà-ku atau anà-k (anak saja). Bentuk sematjam itu terdapat djuga pada achir kalimat. Sebuah kalimat dalam téks Jonkers tentang Mpama Sayaji Ali (hal. 55) berachir dengan kata² : labo rumà-t (pada radja kami). Dalam bahasa Bima kataganti sematjam itu tidak mendjadi satu dengan kata jang bersangkutan mendjadi kata dasar baru seperti dalam bahasa Roti.

222. Bahwa kesimpulan itu benar, hal itu dapat dibuktikan dengan

78