Halaman:Hal Bunyi Dalam Bahasa-Bahasa Indonesia.pdf/80

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

tjara seperti berikut : Djika bunji achir k, s dan n merupakan artikal jang mendjadi kurang tegas dan bersatu dengan kata jang bersang- kutan, maka bunji itu tak akan terdapat pada katakerdja, kataseru (vokatif), dsb. Mémáng begitulah halnja. Bentuk kata, seru (vokatif) dari pada kata taek (pemuda) ialah tae.,,,Hudjan” (= uran dalam bahasa Indonésia purba ialah udan dalam bahasa Roti dengan melalui pertumbuhan seperti berikut :

Dalam bahasa Indonésia purba : urian
Dalam bahasa Roti lama : uda
Katakerdjanja dalam bahasa Roti sekarang : uda
Katabendanja dalam bahasa Roti sekarang : udan

223. Gedjala² seperti jang terdapat dalam bahasa Roti itu, terdapat djuga dalam bahasa² lain dipulau dilaut itu djuga, seperti dalam bahasa Timor,

Perbandingan dengan bahasa² Indogerman.

224. Tentang gedjala² mengenai bunji awalan, sisipan dan achiran dalam bahasa² Indonésia terdapat banjak hal jang sedjadjar (paralél) dalam bahasa² Indogerman. Dibawah ini akan dikemukakan beberapa hal :

I. Dalam bahasa Djawa kuno dan bahasa Buli: bunji i menggantikan bunji awalan-vokal, misalnja dalam kata yaṭaf (= atěp dalam bahasa Indonésia purba) dalam bahasa Buli. Tentang bahasa Slavia kuno lihatlah karangan Leskien "Grammatik der altbulgarischeb Sprache".

II. Dalam bahasa Junani dan Madura: Antara bunji sisipan m dengan r tampak bunji-perantara b, seperti dalam kata ambri (= amrih) dalam bahasa Madura dan dalam kata mesembria (soré) dalam bahasa Junani disamping kata hémera (hari).

III. Dalam dialék bahasa Portugis di Alta Beira dan bahasa Talaud vokal-penjangga tetap terdapat pada konsonan achiran, seperti dalam kata deuze (Tuhan) dalam dialék Alta Beira dan dalam kata inuma (= inum dalam bahasa Indonésia purba) dalam bahasa Talaud.

79