Halaman:Hal Bunyi Dalam Bahasa-Bahasa Indonesia.pdf/78

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca
Bunji achiran dalam bahasa Roti.

212. Dalam bahasa Roti terdapat gedjala² chusus tentang bunji achir, jang menarik perhatian.

213. Dalam bahasa Roti satu diantara tiga konsonan k, n dan s bisa terdapat pada achir kata seperti dalam kata aok (= awak dalam bahasa Indonésia purba), udan (= uran dalam bahasa Indonésia purba), niis (= nipis dalam bahasa Indonésia purba), belak (= běrat dalam bahasa Indonésia purba), loak (= ruan dalam bahasa Melaju).

214. Untuk menerangkan gedjala² itu orang dapat berpegang pada pengertian tentang unifikasi (nomor 204).

215. Tetapi suatu kenjataan melarang kami mempergunakan pengertian tentang unifikasi dalam hal itu: atjapkali terdapat bunji lain dari pada jang diduga menurut asas² ilmu pengetahuan bahasa dan kebiasaan dalam bahasa Indonésia. Misalnja kata jalan dalam bahasa Indonésia purba mendjadi dalak dalam bahasa Roti, kata ratus mendjadi natun, kata matay (mati) mendjadi mates, kata lidi mendjadi lidek. Disamping kata niis jang telah disebut tadi (= nipis dalam bahasa Indonésia purba) terdapat kata niik.

216. Orang dapat mengemukakan, bahwa bunji pada achir kata itu tertukar (verruilan) seperti dalam hal jang telah diterangkan dibawah nomor 208, tetapi gedjala jang dimaksudkan dibawah nomor² jang mendahului nomor ini atjapkali benar timbul dalam bahasa Roti, sedang dalam idiom² lain hal itu djarang sekali terdjadi.

217. Djadi gedjala² itu harus diterangkan dengan tjara lain :

I. Dengan tjara négatif. Dalam hal jang dimaksudkan itu tidak berlaku bunji hukum. Ketiga konsonan pada achir kata, jaitu k, n dan s bukanlah réfléks bunji achir dalam bahasa Indonésia purba bunji n dalam kata udan bukanlah landjutan dari n dalam kata uran dalam bahasa Indonésia purba.

II. Dengan tjara positif. Bahasa Roti pada taraf pertumbuhannja pada djaman jang lampau tidak mempunjai suatu konsonan apadjuapun pada achir kata. Djadi pada waktu itu terdapat kata² seperti dala (= jalan dalam bahasa Indonésia purba), uda (= uran (hudjan) dalam bahasa Indonésia purba), nii (= nipis (tipis) dalam bahasa Indonésia purba). Keadaan sematjam itu terdapat djuga dalam bahasa Bima jang erat bertali dengan bahasa Roti. Dalam bahasa Bima sekarangpun terdapat kata ura (hudjan), nipi (tipis), dsb. Bunji achir dalam bahasa Roti sekarang ialah artikal jang mendjadi kurang tegas

77