Halaman:Hal Bunyi Dalam Bahasa-Bahasa Indonesia.pdf/71

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

di-tengah² kata² seperti dalam kata untsi (pisang), tetapi tidak terdapat pada permulaan kata.

III. Dua konsonan lebih banjak terdapat pada permulaan kata dari pada di-tengah² kata, misalnja dalam bahasa Roti. n + d terdapat ber-turut² pada permulaan kata seperti dalam kata ndala (kuda) dalam bahasa Roti, tetapi tidak terdapat di-tengah² kata.

189. Tiga konsonan, biasanja bunji sengau + bunji letus homorgan (éksplosiva homorgan) + bunji letus (liquida) atau setengah-vokal djarang terdapat ber-turut2. Dalam bahasa Nias terdapat kata ndrundru (pondok; n + d + r) dan dalam bahasa Djawa kuno terdapat kata ndya (dimanakah, apakah; n + d + y).

190. Djika kata² dimulai dengan dua atau tiga konsonan ber- turut², maka biasanja konsonan² itu bisa terdapat djuga dalam segala bagian kalimat. Dalam téks bahasa Gayo tentang ,,Putri biru" (hal. 46) pada permulaan sebuah kalimat terdapat sebuah kata jang dimulai dengan nt: nti aku kěrjön (djanganlah saja disuruh kawin). Dalam Ramayana VIII terdapat kata ndya mengikuti kata toh (nah!) jang berachir dengan konsonan.

191. Dalam bahasa Indonésia purba tidak terdapat beberapa konsonan ber-turut² pada permulaan kata. Hal itu terdjadi menurut berbagi prosés bunji seperti berikut :

I. Menurut hukum bunji seperti dalam bahasa Howa. Bunji d dalam bahasa Indonésia purba dalam beberapa hal berubah mendjadi tr dalam bahasa Howa, misalnja dalam kata trùzuna (= duyun dalam bahasa Indonésia purba).

II. Karena vokal hilang seperti dalam kata bli dalam bahasa Gayo (bli = běli dalam bahasa Indonésia purba).

III. Karena pembentukan kata. Dalam bahasa Djawa kuno terdapat kata ndya dan ndi dan dalam bahasa Toba kata dia (ketiga kata itu sama artinja); adya = n + di + a. Kontaminasi tentang kata- bentuk (vormwoord) sematjam itu telah dibitjarakan dalam monografi saja dulu.

192. Dengan prosés menjingkatkan kata (lihat keterangan dibawah nomor 274 dan selandjutnja) terdapat bunji pada permulaan kata jang biasanja tak mungkin dalam bahasa jang bersangkutan. Misalnja :

I. Dalam bahasa Tontémboa bunji k diutjapkan sebagai¸c djika mengikuti bunji i. Dengan begitu dari unsur² raqi + ka terdjadi raqicu

70