75
Pada soewatoe hari, sedang Caderousse berdiri di depan roemah, ia dengar istrinja triak memanggil padanja, hingga ia lantas berdjalan masoek dan naik ka loteng; tapi pintoenja roemah ia tida toetoepken, soepaja djikaloe ada orang meliwat di djalanan, orang ini tida nanti loepa akeu mampir boewat makan atawa rainoein.
Salagi Caderousse ada di loteng, adalah saorang lelaki jang berkoeda dan berpake seperti satoe pandita, mendatangi ka roemahnja Caderousse itoe, laloe toeroen dari koeda dan ikat koedanja itoe pada soewatoe besi jang ada pada daon-djendela; komoedian ia lantas mengetok-ngetok pada daonpintoe. Pada itoe waktoe djoega ada terdengar soewara andjing menggonggong, laloe datanglah satoe andjing hitam mengamperi bebrapa lengkah sambil menggerang kapada itoe pandita jang ada di loewar pintoe.
Sigra djoega kadengaran boenji kakinja Caderousse jang toeroen di tangga. »Hoes! diam, Margotin!" kata Caderousse itoe: »Djangan takoet, Toewan! andjing itoe menggonggong, tapi tida nanti menggigit. Kaoe tantoe ingin minoem anggoer, ja? kerna hawa ada panas sekali. O, bri maäf padakoe, Toewan pandita! saja tiada kira toewan jang datang. Apatah jang dikahendaki toewankoe? Saja sadia aken trima perintahmoe.
Itoe pandita memandang sakoetika lamanja pada Caderousse itoe, seperti hendak meminta biar Ca-