14. KISAH TENTANG DUSUN SAGU SERMGA
Ceritera itu berpokok pada dusun yang bemama Sermga itu. Waktu dulu sekali ada seorang nenek kita yang bernama Pakrin. Nenek Pakrin ada memelihara seekor babi yang dia beri nama Sandoba Sandombon. Pada suatu hari tengah hari nenek Pakrin asyik memperhatikan angin bertiup dan menggerakkan daun-daun sagu yang bergerak kesana-kemari yang menimbulkan bunyi gesek, dia tunggu dan tunggu tetapi babinya Sandoba belum lagi muncul sebagaimana biasa pada hari-hari yang lalu-lalu, jadi memanggil babi itu dengan menyebut nama babi itu : " Sando ba, Sando ba, Sando ba." Dia panggil tapi si babi itu tidak mendengar suaranya karena desisan daun sagu yang ditiup oleh angin. Sinenek Pakrin tahu bahwa panggilannya tidak didengar babi Sando ba karena bunyi daun sagu dusun ser nakai itu. Karena dongkolnya dia kutuk dusun sagu itu dan bilang : "Kau dusun terkutuk, kau bikin sampai saya memanggil si babi sepanjang hari tidak datang-datang!". Sampai petang dan gelap babi tak
muncul juga, lalu si nenek Pakrin lagi marah dan mengeluarkan kata-kata kutuk terhadap dusun sagu itu.Pada malam hari datang hujan lebat diikuti halilintar dan guruh. Hujan turun tak henti-hentinya, dan terjadilah banjir yang akhirnya menghanyutkan dusun itu ke laut. Dusun sagu itu hanyut ke laut lepas dan hanyut terus ke sebelah barat. Dusun itu hanyut sampai ke Sausapor di dekat Sorong. Keesokan harinya penduduk setempat tidak melihat dusun sagu nakai, lalu mereka menyusul, mencari kemana dusun itu pergi. Akhirnya mereka menemukan dusun sagu nakai didekat Sausapor sana, lalu mereka menetap disana.
Nenek Pakrin yang ditinggalkan seorang diri itu lalu menyusul mengikuti arus kearah barat. Nenek Pakrin menyusul pada malam hari, tetapi pada waktu mendekati daerah Sausapor, dia kesiangan, dan menjadi tiang batu di laut biru. Batu yang sekarang menonjol dipermukaan laut, itu dia nenek Pakrin yang malang.
53