Setelah mereka tinggal dengan Nenek Kasuari. Mama Aikumen bikin panah buat anaknya.
Kedua anak itu pergi ke hutan membawa panahnya {jubi) mencari babi atau kusu-kusu. Tiba-tiba mereka dapat memanah cicak tanah sampai mati.
Terus dibawa pulang ke rumah. Kasih tunjuk sama mamanya.
Lalu mama kasih tahu, binatang ini tidak boleh dimakan.
Suatu waktu Nikowai dan Kokiwai jalan sedikit jauh. Lalu yang berupa nenek kasuari datang ketemu kedua anak. Tetapi begitu Nikowai mau tembak kasuari, tiba-tiba adiknya merampas panah, lalu kasih peringatan : ” Jangan panah dia itu nenek kita”.
(Sewaktu di rumah) datang kasih tahu nenek, tadi kami ketemu sama nenek di hutan”. Nenek jawab ”Nenek tidak pergi ke mana-mana, saya ada di rumah. Nenek kasih tahu buat besok, kalau kamu orang menemukan kasuari boleh panah dan langsung bunuh".
Suatu waktu kedua anak pergi berburu ke hutan. Tiba-tiba neneknya sendiri lewat ke depan mereka. Tanpa diketahui bahwa ia itu adalah neneknya sendiri, langsung mereka panah dan matilah.
Sesudah Saikukumen terbunuh (dan Aikumen sedang berada di rumah) tiba-tiba tangannya berdarah (darah Ibunya), Aikumen kaget.
Begitu kedua anak datang di rumah langsung Aikumen tanya ”Kamu orang bikin apa di hutan.” Tapi anak-anak itu tidak menjawab pertanyaan ibunya.
’Kamu orang sebenarnya telah bunuh nenekmu di hutan. Sekarang kamu harus angkat nenek dan bawa ke rumah.
Atas dasar petunjuk mimpi Aikumen. Kedua anak itu mengangkat burung kasuari dan dibawa pulang ke rumah, lalu dipotong untuk dimakan.
Setelah dipotong maka bulu-bulunya dicabuti dan dikumpulkan menurut bagian-bagian badan . Bulu-bulu yang tumbuh di kepala dan leher jadi satu bagian, kemudian masing-masing bulu pada dada sampai paha dikumpulkan tersendiri, yaitu pada daun kelapa yang dianyam (namanya ; kakiri).
37