— 388 —
di sitoe, sebab saja sendiri ada kepingin biar Mercedes dapet boedjoek orang toewa itoe aken mengikoet padanja.
„Tapi kaoe sendiri,“ kata itoe Pendita: „apa kaoe tida pergi hiboeri itoe orang toewa?“
„Ach, Toewan!” sahoet Caderousse: „penghiboer melinken boleh dibriken sadja pada orang ijang maoe dihiboeri, dan orang toewa itoe tida maoe dihiboeri. Lain dari begitoe — taoe mengapa — saja ada merasa, seperti orang toewa itoe tida soeka melihat saja. Tapi pada soewatoe malem, tempo orang toewa itoe tersedoe-sedoe menangis, saja djalan mengamperi padanja; tapi tempo saja sampe di depan pintoenja, ija soedah tida menangis lagi, hanja berdowa pada Allah. Saja tida bisa seboetkan omongan dowanja itoe. Omongan itoe ada njatakan hati ijang beribadat dan njataken hati ijang sanget doeka dan sanget sedih. Saja sendiri ijang tida taoe berdowa dan tida beribadat, di itoe hari saja berkata sendiri-diri: soekoer sekali Toehan Allah tida membri anak padakoe ini; kerna seändenja saja djadi bapa dan berdoeka hati sebagimana itoe Dantes toewa, sedeng saja poenja ingatan tida pandjang dan saja poenja hati tida sabar, aken bisa berdowa seperti orang toewa itoe, tentoe sekali saja boewangken dirikoe ka dalem laoet, soepaja djangan bersangsara lama-lama.“
„Adoeh! besar amat kasangsaraännja!“ kata itoe Pendita dengen mengela napas.
„Lebih lama, orang toewa itoe djadi lebih lesoe,“ kata poela Caderousse ijang tjerita: „sering kali toewan Morrel dan nona Mercedes dateng tengokken padanja; tapi ija poenja pintoe, maski diketok-ketok, tinggal tertoetoep sadja, dan