— 312 —
ngeran soewara apa-apa, baroelah Dantes merasa senangan sedikit. Ia merasa, ijang ia telah terlepas dari bahaja ijang pertama; itoelah satoe alamat baik. Achir-achirnja, pada waktoe ijang telah ditentoeken oleh Gouverneur. Dantes denger soewara kakinja orang ijang mendatengi. Ija merasa, ijang sekarang telah dateng waktoenja aken ija melaga mati; maka ija tetapken hatinja ijang sangat berdebar-debar, dan dengen sebrapa boleh tahan-tahan napasnja; Pintoe diboekaken, dan doewa orang ijang pikoel satoe bale ketjil taro bale itoe di tanah, sedeng orang jang ka. . .ga ada pegang lantera dan berdiri di pinggir pintoe. Itoe doewa pemikoel mengamperi pada pembaringan, laloe angkat itoe karoeng ijang dikira olehnja ada berisi mait dan taro itoe di bale ketjil, sedeng Dantes kakoeken badannja sendiri.
„Akoe tida sangka. ijang ini Pendita koeroes ada begini berat." kata satoe pemikoel.
„Orang bilang," kata pemikoel ijang kadoewa: „pada saban tahon beratnja toelang ada bertambah satoe pond."
- „Apa kaoe soedah ikatken ?" Kata orang ijang laen.
- „Boewat apatah diikatken di sini ? apa tida djadi tambah berat aken kita-orang? Sampe di loewar, baroelah kita ikatken."
- „Bener sekali ingatanmoe; marilah kita berangkat."
- „Apatah djoega ijang bakal diikatken ?" kata Dantes di dalem hati.
Sedang begitoe. ija digotong naik di tangga, dan sigralah djoega ija dapet rasai angin ijang dingin dan ija merasa senang sekali. Sesoedahnja berdjalan poela bebrapa poeloeh langkah, pemikoel-pemikoel itoe taro lagi di tanah, dan satoe dari marika itoe lantas berlaloe. Dantes denger boenji