Halaman:Balerina Antologi Cerpen Remaja Sumatra Barat.pdf/46

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

adalah sahabatku dalam suka dukaku.

Pagi yang dingin membuatku tak ingin beranjak dari tempat tidur. Namun, karena suara mama yang nyaring diiringi dengan gedoran pintu, membuat mataku tak bisa terpejam lagi. Kuraih buku Biologi yang terletak di atas meja belajarku. Saat aku membalik buku itu, kudapati sepotong kertas dengan tulisan.

“Aku takut dengan hari esok.” Aku tak tahu siapa yang menyelipkannya. Tapi yang baru meminjam buku ini adalah Mia. Tapi, kalau seandainya Mia, apa maksud tulisan itu. Kubaca tulisan itu sekali lagi. Apa yang ada di balik kata itu?” aku mengernyitkan dahi, tak mengerti. Sepagi ini otakku telah dibelit tanya yang tak kunjung pergi dari ingatanku.

Sampai di sekolah, aku langsung mencari Mia, Tapi, ia tidak ada di dalam kelas. Namun, tasnya telah berada di laci. Ke mana dia? Aku bertanya pada diriku sendiri. Di kantin tidak ada, di kelas Lisa juga tidak ada, lalu di mana? Keputusan terakhir aku mencarinya ke perpustakaan. Mungkin saja ada di sana, gumamku dalam hati. Dugaanku tidak meleset. Kudapati Mia duduk sendirian dan termenung di sebuah bangku panjang perpustakaan.

“Mia...," aku memanggilnya.

“Rini,” ia terkejut melihat kedatanganku secara menda- dak.

“Lagi ngapain?”

“Tadinya mau baca buku, tapi karena petugas perpustakaan menyapu, ya nggak jadi,” jawabnya terbata.

Namun, aku masih curiga, apa sebenarnya yang terjadi dengan Mia. Dari sinar matanya aku dapat membaca ada sesuatu yang menimpa dirinya.

“Mia, apa maksudmu dengan tulisan ini?” aku menyerahkan sepotong kertas itu.

“Oh. Ini hanya coretan yang tidak mempunyai makna. Ini hanya sebagai judul puisi yang belum selesai kurangkai.”

“Benarkah, Mia?” aku masih belum puas dengan jawabannya.

“Rini, aku tak pernah berbohong padamu. Aku ini sahabatmu, Rin,” Mia menatapku dengan tatapan sayu. Lalu, Mia mengajakku kembali ke atas.

34