Halaman:Balerina Antologi Cerpen Remaja Sumatra Barat.pdf/44

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Pintu gerbang terbuka lebar saat aku tiba di sekolah. Seperti biasanya, pada jam-jam begitu kelasku masih sepi. Hanya ada petugas piket dan dua tiga orang siswa yang sibuk mengerjakan PR.

“Pagi, Rin,” sapa Lisa, temanku waktu SD dulu. “Surat cinta dari seseorang,” katanya seraya menyerahkan surat itu padaku.

“Jangan bercanda, deh!” sahutku diiringi tamparan kecil di pundaknya. “Terima kasih banyak, ya, atas hadiahnya,” ia tertawa, lalu pergi berlalu.

Di sampulnya tertulis: Kepada Bapak Ibu Guru. Sip: Mia Parera. Aku hanya tersenyum menerima canda pagi itu. Putri pengusaha itu sakit. O, iya, aku baru ingat, kemarin gerimis melanda Kota Semarang.

Bel berbunyi, menandakan jam sekolah usai. Perlahan aku melangkah meninggalkan gerbang sekolah.

“Rin....,” Suara itu mengagetkanku.

Aku menoleh memastikan siapa yang memanggilku. Lisa cewek itu lagi.

Kok, sendirian?”

“Tandanya tak berdua,” jawabku cepat.

“Rin..., temani aku ke toko buku, ya,” pintanya dengan manja.

“Aduh, nggak bisa, Lis! Soalnya aku mau ke rumah Mia, maaf, ya.”

Lisa hanya mengangguk, kemudian kami berpisah di persimpangan jalan. Taksi yang kutumpangi berhenti di depan rumah bercat putih itu. Kulangkahkan kakiku menelusuri halaman yang luas, penuh dengan bunga mawar kesukaan Mia.

“Siang, Tante,” sapaku dibarengi senyum.

“Eh, Rini, mau ketemu Mia, ya?” Mama Mia menebak kedatanganku.

“Silakan masuk,” ujarnya sopan.

“Halo sayang,” aku mencoba membuat kejutan.

“Rini!” Mia tersenyum. Wajahnya terlihat ceria setelah melihat kedatanganku.

“Calon ibu dokter sakit, ya, sakit apa?” Aku mulai mengajak ia bercanda untuk mengubah suasana.

32