Halaman:Balerina Antologi Cerpen Remaja Sumatra Barat.pdf/128

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

derajat. Guru-guru yang dulu begitu benci, kini berubah sayang. Kawan-kawan yang dulu menjauh, kini berubah mendekat. Citra sebagai siswa pencabut dan pemalas, kini berubah menjadi juara kelas. Itu semua terjadi berkat kegigihan Yosi mengubah diriku.


Perkenalanku dengan Yosi berlangsung tanpa sengaja. Siang itu aku duduk-duduk di warung samping sekolah. Sambil mengisap rokok, mataku tetap awas memandang ke gerbang sekolah. Aku selalu waspada. Lalu, ada guru yang muncul, aku siap lari mengamankan diri. Strategi itu harus kuterapkan, kalau tidak ingin diseret ke kantor. Ketika sedang nikmat-nikmatnya mengisap rokok, tiba-tiba di gerbang sekolah muncul Yosi, sang bintang sekolah.


Aku cuek saja. Aku tak peduli sebab aku yakin, dia akan bersikap sama dengan teman-teman yang lain padaku yang berandalan.

"Nggak belajar, Tom," sapa Yosi. Aku berpaling.

"Nggak, lagi malas," jawabku singkat.

"Beli apa?" aku balas bertanya.

"Beli busur. Lagi belajar matematika, kebetulan lupa bawa busur," Yosi menjawab seraya memandangku. Kupalingkan wajah ke gerbang sekolah. Yosi kemudian juga memandang ke gerbang sekolah.

"Kok, lihatnya ke gerbang sekolah terus. Ada yang ditunggu, ya," tanya Yosi seraya duduk di sampingku.

"Nggak," jawabku singkat. Aku mulai bosan ditanya macam-macam oleh Yosi.

"Nyinyir sekali gadis ini. Wajah cantik, tapi nyinyirnya kayak nenek-nenek saja," gerutuku dalam hati.


"Eh, Tom, cabut itu enak apa enggak, sih. Ajak-ajak, dong." Kupandang Yosi tak percaya. Kulihat mimik serius di wajahnya.

"Ngeledek, ya," suaraku meninggi

"Nggak, aku serius. Aku mau belajar cabut." Kutatap Yosi lekat-lekat. Dia tersenyum. Aku merasa tertantang.

"Kapan mau belajar cabutnya," tanyaku kemudian.

"Sekarang," Yosi menjawab pasti.

Siang itu Yosi kubawa putar-putar dengan astrea merah kesayanganku. Seluruh tempat mangkal selama ini kuper-

116