Halaman:Balerina Antologi Cerpen Remaja Sumatra Barat.pdf/129

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

kenalkan padanya. Aku sungguh tak menyangka kalau bintang sekolah yang selama ini kuanggap takkan mau berteman dengan anak-anak berandalan seperti aku, ternyata mengikut saja ke mana kubawa. Dia tak menolak ketika kuajak duduk-duduk di Janjang Ampek Puluah. Dia juga tak menolak ketika kuajak mampir di panorama. Tak juga menolak ketika kubawa makan bakso di samping Yarsi. Begitu juga ketika aku berhenti di terminal sambil duduk dan melihat orang yang lalu lalang ke berbagai tujuan. Yosi tetap tak menolak. Dia juga menurut saja ketika kuperkenalkan dengan teman kongkow-kongkow ku. Yang membuatku salut, tak ada sedikit pun rasa takut atau khawatir terpancar di wajahnya. Dia seakan-akan sudah terbiasa dengan duniaku. Sudah terbiasa berteman dengan para berandalan yang berasal dari bermacam status sosial.


"Tom, di mana, sih, enaknya cabut," ujar Yosi sambil meletakkan secangkir kopi dan stoples kacang tojin dihadapanku, ketika aku mengantarnya pulang setelah puas berkeliling. Aku menghela napas panjang sambil mulai menjangkau kacang tojin. Tahu saja Yosi makanan kesukaanku," ujarku dalam hati.


"Kalau hanya segitu rasanya cabut, alangkah ruginya kita, Tom. Apa, sih, yang kita peroleh dengan cabut?" Yosi duduk di kursi di depanku.

"Kepuasan," jawabku santai.

"Kepuasan? Kepuasan apa? Merasa hebat karena berani meninggalkan pelajaran? Mengapa tidak berhenti sekolah saja sekalian." Aku tertunduk. Kuresapi kebenaran kata-kata Yosi. Namun, aku malu mengakuinya.

"Yang kita peroleh ini adalah kepuasan semu, Tom. Kepuasan sesaat. Di balik kepuasan itu, tanpa kita sadari sebenarnya kita telah mengaburkan masa depan kita. Kita harus sadar, Tom, kita harus sadar bahwa masa depan kita terletak di tangan kita, terletak pada usaha kita sekarang. Apakah kamu tak ingin memiliki masa depan yang baik. Tom?" Aku tertunduk. Kebenaran kata-kata Yosi semakin dalam kurasakan.

"Tom, dalam hidup, kita punya kewajiban. Setidak-tidaknya ada dua kewajiban besar kita. Pertama, kita wajib bersyukur kepada Allah yang telah menciptakan kita dengan

117