Halaman:Balerina Antologi Cerpen Remaja Sumatra Barat.pdf/110

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

“Memang, benar,” jawabku seadanya.

“Maaf, kemarin saya ke sanggar. Melatih adik-adik sanggar melukis.”

“Doni..!”

“Ya, Pak.”

“Kurasa kau terlalu memaksakan diri. Maaf, kalau aku terlalu mencampuri. Pikirkan juga dirimu sendiri. Masa depanmu. Lagi pula, bukankah kontribusimu terhadap panti sudah terlalu banyak. Sebagian hasil penjualan lukisanmu digunakan untuk membiayai kebutuhan rumah tangga panti, bukan?”

Doni mengangguk dan tersenyum. “Tapi, tetap saja tidak mencukupi,” gumamnya seolah-olah pada diri sendiri. Lalu, tanpa menunggu komentarku, dia bertanya.

“Ada hal penting yang ingin Bapak bicarakan dengan saya?”

Aku terkejut. Rupanya Doni tidak ingin aku terlalu mencampuri urusannya.

“Ada bea siswa untukmu?” ujarku pada pokok permasalahan.

Kutunggu reaksi Doni. Dia hanya tersenyum tipis.” Dari siapa?” tanyanya datar.

Aku masih termangu melihatnya tidak terkejut, apalagi gembira. Doni terpaksa mengulangi pertanyaannya.

“Bea siswa dari siapa Pak?”

“Eh, dari....dari The Japan Foundation. Tuan Tanaka kemarin memberitahuku. Katanya, dia ingin bertemu denganmu.”

“Tuan Tanaka? Siapa dia?”

“Salah seorang peminat lukisan. Dia tertarik dengan lukisanmu.'

“Lantas, kapan dia ingin bertemu dengan saya?”

“Lusa, dia akan mengambil lukisannya. Datang saja ke galeri sekitar pukul 2.00 siang.”

Doni tidak menjawab. Wajahnya tanpa ekspresi sehingga aku tidak dapat mengetahui apakah dia gembira atau tidak mendengar berita itu.

“Doni,” kucoba memandang bola matanya untuk mengetahui isi hatinya. Tapi, tidak. Tidak ada apa-apa disana


98