Halaman:Balerina Antologi Cerpen Remaja Sumatra Barat.pdf/102

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

sama dengan yang biasa Amak buat. Kalau tidak, aku pasti mengurangi pemasukan kami besok.

Sabtu dini hari

Malam ini aku salat tahajud memohon kepada-Nya agar kami tetap diberikan kekuatan iman di jalan-Nya. Sangat hening, tetapi aku bisa merasakan keagungan-Nya, Kuintip kamar Amak. Mereka tampak tidur sangat pulas. Dullah mengecup jempolnya, sementara Minah sudah tidur di ujung ranjang. Aku mulai menulis buku ini setelah aku memperbaiki tidur Minah. Dia memang selalu begitu, tidak bisa tidur tenang. Aku pernah ditendangnya waktu kami masih tidur sekamar. Akhirnya, ia hanya minta tidur sekamar dengan Amak setelah aku marahi. “Ya, Uni paling pamberang di duniako!”4 begitu kata Minah waktu itu. Kami memang sering bertengkar, tapi tidak sampai sepersekian detik kami baikan lagi. Pikiranku kembali tertuju kepada penyakit Amak. Bayangan tentang penyakit Amak tampaknya tak akan hilang sebelum aku tahu penyakit apa itu.

Sabtu, 6 Maret 2003

Alhamdulillah! Aku kembali terpilih untuk mewakili sekolahku mengikuti lomba Olimpiade Fisika untuk kedua kalinya. Sebelumnya aku pernah dikirim dan hasilnya lumayan. Aku juara II dalam lomba itu dan mendapat hadiah yang sangat lumayan. Reyna tersenyum sangat senang, seolah-olah dialah yang terpilih. Aku sangat senang melihat ekspresi Reyna saat itu. Menurutku, empati Reyna terhadapku sangat berlebihan. Dia kadang merasa sangat sedih ketika melihatku mencuci pakaian, membantu Amak memasak mengajari adikku, dan semacamnya. Tentu saja dia sangat sedih dan merasa sangat letih karena dia tidak pernah melakukan apa yang aku lakukan.

Masih hari Sabtu

Hari ini aku tidak ikut belajar di sekolah. Aku harus mempersiapkan apa-apa yang akan diperlukan untuk jualan besok.Tapi, apa yang ingin aku lakukan menjadi lenyap begitu saja saat aku melihat Amak jatuh terkulai di dapur dengan

90