Halaman:Balerina Antologi Cerpen Remaja Sumatra Barat.pdf/103

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

seikat sayur ditangannya. Aku spontan saja menangis melihat hal itu. Betapa tidak, apa yang aku khawatirkan ternyata terjadi. Yang jelas, aku tidak ingin hal yang sama kembali terulang padaku. Aku tidak ingin Amak.

Minah dan Dullah aku tinggalkan saja di rumah. Sementara itu, aku pergi ke rumah sakit mengantarkan Amak bersama tetanggaku. Saat ini tak ada yang kupikirkan, selain keselamatan Amak. Etek Des, tetanggaku, menemaniku di rumah sakit. Dia baik kepada keluarga kami. Ia dan suaminya selalu memperhatikan kami. Hari sudah berangsur malam. Etek Des akhirnya pulang juga. Ia sempat mengatakan kalau aku tidak usah khawatir dengan kedua adikku karena dia akan menjaganya. Setengah jam berlalu, tapi aku belum mendapat kabar dari dokter. Tiba-tiba Reyna datang tergopoh-gopoh. Dia marah. Apa haknya marah padaku? "Mengapa kamu nggak ngomong, kalau Amak sakit?' Aku tidak menjawabnya. "Kalau terjadi apa-apa dengan Amak, bagaimana?" Aku yang panik kontan jadi marah. "Jan kan mangecek ka Reyna apo penyakit Amak tu, sadang awak jo indak tau apo penyakit Amak tu."5

Aku tidak boleh begitu seharusnya. Aku tahu Reyna bertanya dengan maksud baik. Tapi, entah mengapa aku jadi marah. "Maaf, Rey, awak sedang pusing. Awak tidak tahu harus bagaimana mencari uang untuk operasi Amak ini." Astagfirullah, aku terkejut dengan apa yang barusan aku ucapkan, "Itu yang Upik pikirkan? Terus apa gunanya Rey sekarang ini?

Rey akan membantu apa pun yang menyangkut kamu dan keluarga." Aku spontan tersinggung sampai aku mengatakan, "Untuk saat ini awak belum begitu butuh bantuan, Rey. Lain kali saja."Akhirnya, Reyna pulang setelah mengatakan satu hal yang paling menyakitkan, "Baik, kalau begitu. Kau memang orang miskin tersombong yang pernah aku temui!" Aku menangis. Teganya dia bilang begitu padaku.

Minggu dini hari

Aku tinggal di rumah sakit menemani Amak. Aku baru saja mendapat berita hebat dari dokter. Ya, sangat hebat! Ternyata Amak sudah menderita kanker payudara selama

91