Halaman:Balerina Antologi Cerpen Remaja Sumatra Barat.pdf/101

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Rabu, 4 Maret 2003 (dini hari)

Entah apa yang kuharapkan dari diriku ini. Aku tidak punya keahlian apa-apa, bahkan untuk memaksa Amak menceritakan penyakitnya itu.

Kamis, 5 Maret 2003

Hari ini Reyna datang ke rumahku, saat aku sedang mencuci pakaian. Ia meminta petunjuk bagaimana menyelesaikan soal-soal Fisika (dia memang selalu begitu). Reyna teman baikku. Dia cantik, kaya, dan yang terpenting, dia sangat baik kepada keluarga kami. Dia selalu merasa miskin dengan kekayaan yang dimilikinya. Sangat lucu, sementara kami menjadi sangat kaya dengan kasih sayang orang tua kami.

Dia anak tunggal. Kedua orang tuanya selalu pergi meninggalkannya untuk urusan bisnis. Ibunya mempunyai usaha kerajinan bordir yang sudah laku di pasaran, sedangkan Ayahnya seorang pemborong (kontraktor) bangunan. Rumahnya bagus, tapi dia lebih senang menghabiskan waktunya di pondok kami. “Aku tidak ingin dikasihi," begitu yang kukatakan kepadanya waktu itu, tapi dia malah menjawab, “Kau akan berdosa karena tidak membiarkan terjalinnya tolong-menolong antarumat beragama!" aku hampir saja marah kalau saja aku tidak melihat gurauan di wajahnya. Aku nyaris saja memberi tahukannya tentang perasaanku sekarang ini, tapi kuputuskan untuk tidak menceritakannya saja karena kalau saja satu kalimat terucap, ia akan segera berubah menjadi “Dewi Penolong”. Aku tidak mau merepotkan temanku sendiri dengan masalah yang aku hadapi sekarang ini.

Jumat, 5 Maret 2003

Hari ini aku memaksa Amak berhenti berjualan. Sebagai gantinya, aku yang menggantikannya membuat lontong ketupat gulai paku untuk bahan dagangannya besok. Minah menolongku, sementara Dullah menemani Amak di kamar. Amak memaksakan diri keluar dari kamar, tapi aku melarangnya. Aku tidak ingin Amak menjadi tambah sakit. Ya Allah, mudah-mudahan ketupat yang aku masak rasanya

89