atau martavan. Di Kalimantan martavan begitu dipakai sebagai wadah pemakaman sisa-sisa manusia. Mungkin pada arca Majapahit itu ada asosiasi antara guci dengan mati dan lotus dengan hidup, karena hidup baru timbul dari apa yang sudah mati. 10)
MASAKINI
Meskipun teknologi modern sudah masuk di Indonesia, tetapi keramik lokal masih banyak dibuat dan dipakai. Pada pasar-pasar selalu ada tempat penjualan periuk besar (gentong) yang dipakai untuk wadah air. Ada lagi beberapa alat dapur yang lain seperti anglo, kendil, piring dari tanah liat. Kendil masih dipakai untuk memasak dan memang beberapa macam makanan Indonesia terasa lebih enak dimasak di dalam kendil, seperti misalnya gudeg Jogya. Serabi juga enak dibuat di dalam wadah tembikar yang bertutupan. Ikan pindang dibuat di dalam tempayan besar dan disimpan di dalamnya untuk dijual.
Pedupaan untuk membakar kemenyan dibuat dari tembikar dan begitu pula pot kembang dan celengan. Kendi masih dipakai sebagai wadah air di dalam banyak rumah tangga. Setelah seorang bayi lahir, ari-arinya yang dianggap sebagai adiknya dimasukkan ke dalam sebuah kendil dan dikubur di taman di dekat rumah.
Pada upacara perkawinan di Jawa, di saat ketemunya penganten pria dan wanita maka penganten wanita mencuci kaki penganten pria. Air yang dibuat harum dengan bunga-bungaan yang ada di kendi kemudian disiram pada kakinya setelah penganten pria itu menginjak sebuah telur. Pada saat pengantaran jenazah ke kuburan beberapa barang tembikar dipecahkan pada jalan yang dilalui jenazah sebelum masuk di kereta jenazah.
Juga pada beberapa upacara korban masih ada penggunaan tembikar. Terkadang hanya ada beberapa pecahan saja yang dikorbankan seperti pada ”korban tembaga” di Jawa Barat. Upacara itu dilaksanakan pada suatu saat sebelum pembangunan rumah baru, ialah bila tanah yang akan dibangun itu menurun ke arah selatan. Karena selatan dihubungkan dengan Batara Kala dan warna merah maka segala barang korban itu berwarna merah juga, seperti bunga merah yang diletakkan di atas talam tembaga merah, ayam yang berbulu merah, dan pecahan tembikar yang merah.12)
Rupa-rupanya keramik lokal itu di samping masih dipergunakan sebagai alat-alat rumah tangga, tetap dihubungkan dengan adat, tempat yang sakral dan peristiwa-peristiwa yang sakral-rituil seperti bermacam-macam upacara, yang diadakan berkesempatan dengan kelahiran, perkawinan atau kematian.
5